Sunday, November 1, 2009

Dari 3T ke 1T

“Yang sulit bagi manusia adalah mudah bagi Tuhan.”
—Muhammad Subuh Sumohadiwidjojo (1901-1987)


Pagi itu, saya bilang ke istri saya bahwa saya tidak mau lagi menerima pekerjaan penulisan laporan tahunan (annual report). Istri saya memang membantu memasarkan jasa penulisan naskah iklan (copywriting), naskah audio-visual (audio-visual scriptwriting), naskah kehumasan (public relations writing) dan penulisan artikel wisata (travel writing) yang saya tekuni, baik secara pribadi maupun lewat perusahaan.

Istri saya justru menganjurkan sebaliknya. Menurutnya, selama saya masih merintis karir sebagai pekerja lepas (freelance) – yang pendapatannya tidak rutin – sebaiknya saya menerima semua jenis pekerjaan penulisan yang ditawarkan, tanpa pilih-pilih. Kalau saya kemudian berubah pikiran, dan memutuskan untuk menerima dan mensyukuri jenis pekerjaan apa pun yang dilimpahkan ke saya, bagaimanapun, bukan berdasarkan apa yang dikatakan istri saya tadi, melainkan suatu kepahaman yang menggema di dalam diri saya. Kepahaman bahwa apabila saya belum apa-apa sudah memblokir diri dengan 3T, itu artinya saya telah mendahului kehendak Tuhan. Terngiang-ngiang di benak saya pesan saudara Subud saya beberapa hari sebelumnya, agar saya membaca dan menyelami makna hakiki dari Surat al-Alaq, utamanya ayat 1 sampai 5. Saya merasa malu sekali, seakan saya ditegur oleh Tuhan: “(Allah) mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS 96: 5).

Pengalaman saya selama ini mempertegas bahwa hambatan yang kita hadapi dalam berusaha sebagian besar berasal dari diri kita sendiri. Saya kerap menjumpai orang-orang yang memblokir diri mereka dengan 3T – tidak bisa, tidak mungkin, dan tidak punya pengalaman. Pengalaman saya (yang begitu banyak terkait dengan hal ini) membuktikan bahwa apabila kita singkirkan 3T dan menempatkan 1T dalam garis lurus sejajar dengan hati dan pikiran kita, maka apa pun yang merintangi jalan usaha kita akan luruh dan lenyap tak berbekas. 1T itu mengacu pada Tuhan Yang Maha Satu. Dia yang akan mengajarkan dan menuntun kita dalam segala sesuatu yang sering kita anggap diri kita tidak bisa, tidak mungkin atau tidak punya pengalaman untuk melakukan atau mengerjakannya, sehingga kita cenderung tidak mau melakukannya.

Belakangan ini, saya acap mendapat tawaran pekerjaan-pekerjaan yang jenisnya belum pernah saya lakukan sebelumnya. Saya selalu mengiyakan, karena dalam rangka melayani klien saya selalu berusaha untuk tidak mengecewakannya. Kadang, memang saya diliputi keraguan: “Mampukah saya melakukannya?” Biasanya, sesudah itu muncul suara batin yang mengajak saya merenungkan perjalanan ke belakang, yang sarat dengan pengalaman pribadi dengan pertolongan ‘gaib’ dari arah yang tak disangka-sangka. Selama ini, saya hanya berdoa, yang melantun di tengah hening diri yang tentram – setelah menerima pekerjaan. “Ya Tuhan, jika ini memang Engkau maksudkan untukku, berilah aku petunjuk dan tuntunanMu.” Sesudah itu, selama pelaksanaan pekerjaan, diri saya dimampukan untuk menerobos segala blokade, menggeser diri saya dari 3T ke 1T.©

No comments: