HARI Sabtu, 4 November 2023, merupakan Sabtu Wage menurut kalender Jawa—hari lahir Bapak Muhammad Subuh Sumohadiwidjojo. Saya pun pergi menghadiri Wagean di Wisma Subud Jakarta Pusat bersama satu pembantu pelatih (PP) dari Cabang Jakarta Selatan dan Ketua Komisariat Wilayah III Subud DKI Jakarta. Hari itu merupakan pertama kalinya Cabang Jakarta Pusat mengadakan acara Wagean.
Hanya segelintir anggota yang hadir dalam Wagean di Jakarta Pusat, bisa dihitung dengan jari, tetapi itu menjadi Wagean paling berkesan yang pernah saya alami selama ini. Pada hari yang seharusnya berlangsung khidmat, malah terjadi suatu keributan besar yang dipicu oleh dendam kesumat seorang anggota wanita terhadap saya—yang masalahnya sendiri sudah hampir tidak saya ingat karena terjadi pada tahun 2016!
Anggota ini begitu tiba di Wisma Subud Jakarta Pusat langsung menyerang saya dengan kata-kata kasar, mencaci dan memaki saya dengan suara keras (mungkin terdengar di lingkungan terdekat Wisma Subud Jakarta Pusat), dan menghina saya secara vulgar. Saya hanya diam, merasakan diri, dan tersenyum pada si anggota yang berdiri sekitar satu setengah meter dari posisi saya duduk. Ketua Cabang Jakarta Pusat yang seorang wanita muda dan satu PP wanita Jakarta Pusat mencoba menahan si anggota dari mendekati saya, dan mungkin dia akan menyerang saya secara fisik.
Anehnya, saya hanya merasakan kedamaian dan kata-kata “tidak enaknya” terdengar enak di telinga saya, sehingga emosi saya tidak terpancing dan saya tidak pula terdorong untuk membalas umpatannya atau membela diri. Saya merasakan luapan energi amarahnya keluar dari diri si wanita dan memasuki diri saya untuk sekadar lewat, karena saya berada dalam keadaan pasrah. Keadaan pasrah itulah yang menyaring daya amarah itu menjadi “tiupan angin sejuk” yang memberi saya ketenangan dan rasa kasih sayang terhadap si anggota yang dendam pada saya itu.
Penyebab kemarahannya adalah bahwa dia pernah mendengar dari seorang PP pria di Cilandak bahwa saya dan dua saudara Subud dari Cabang Jakarta Selatan telah menggosipkan bahwa dia wanita yang bisa ditiduri oleh siapa saja. Gosip itu telah membuatnya sangat malu sehingga dia tidak pernah lagi melakukan Latihan di Cilandak. Tentu saja, tuduhannya terhadap saya itu tidak benar. Si PP pria yang telah memprovokasinya itu memang terkenal di Cilandak sebagai orang yang suka mengadu domba (mungkin karena dia krisis).
Bagaimanapun, jiwa saya menahan saya untuk tidak mengungkapkan yang sebenarnya, agar konflik yang ada antara saya dan si anggota itu selesai hari ini, saling memaafkan, dan menjadi pelajaran berharga di masa depan. Jiwa saya menyuruh saya mengalah saja, membuang ego saya yang cenderung mau menang sendiri.
Akhirnya, seorang PP wanita menyeret si anggota ke ruangan Latihan khusus wanita untuk menenangkannya dan mengajaknya Latihan. Setelah itu, saya dan dua PP pria yang ada serta Ketua Komisariat Wilayah III Subud DKI Jakarta melakukan Latihan bersama. Saya menerima Latihan yang kuat dan perasaan sukacita yang diiringi gerakan tarian dan suara nyanyian dengan nada-nada yang indah. Saya merasakan luapan amarah dan dendam dari si wanita meninggalkan dunia ini.
Beberapa lama setelah Latihan, saya dipertemukan dengan si anggota wanita. Dia tampak lebih tenang, bahkan meminta maaf ke saya karena ucapannya yang tidak enak. Ia juga kaget mengapa dirinya bisa seemosional itu, sedangkan niatnya ke Wisma Subud Jakarta Pusat adalah untuk Latihan. Disaksikan ketua cabang Subud Jakarta Pusat, para PP pria dan wanita dan Ketua Komisariat Wilayah III DKI Jakarta, saya mengaku salah (karena saya memilih untuk mengalah), saya dengan ikhlas meminta maaf atas nama diri saya dan dua saudara Subud Jakarta Selatan yang dia tuding sebagai penyebab dirinya tidak mau lagi Latihan di Cilandak, dan menyatakan bahwa saya tidak dendam padanya, karena saya mencintai suasana damai di dalam persaudaraan Subud.
Ia memaafkan saya. Saya bersalaman dan kemudian berpelukan dengan si anggota. Puji Tuhan, itu menjadi Wagean paling berkesan buat saya.
Ada
satu ucapan si anggota wanita yang menarik bagi saya: Ia merasa terdorong untuk mencaci-maki
saya tanpa dapat ia cegah, dan usai Latihannya ia me-niteni diri bahwa emosinya yang meluap-luap itu keluar begitu saja
dan ia menyadari bahwa hal itu “mengalirkan keluar” perasaan dendamnya yang
terpendam sekian lama. Pernyataannya itu menginsafkan saya bahwa kami berdua
dibersihkan melalui kejadian tak terduga ini. Hal itu menambah kesan yang
mendalam bagi saya terhadap acara Wagean di Wisma Subud Jakarta Pusat.©2023
Pondok Cabe,
Tangerang Selatan, 5 November 2023
No comments:
Post a Comment