SATU hal yang saya tandai dari keberadaan saya di Subud selama 20 tahun terakhir ini adalah lunturnya berbagai prinsip yang pernah dengan teguh saya pegang. Bagi saya, Subud adalah perjalanan transformatif, sebuah proses berkelanjutan yang mengubah diri saya secara jiwa dan raga dari keadaan yang sebelumnya menjadi baru dan lebih baik. Dengan demikian, tak mungkin prinsip-prinsip yang sudah usang, yang tidak sesuai lagi dengan pola hidup saya, saya pertahankan.
Menurut apa yang saya alami, Latihan Kejiwaan menafikan prinsip. Seperti sifat Latihan itu sendiri, yang berubah-ubah setiap waktu, tak mungkin bagi kita untuk mempertahankan prinsip, seteguh apa pun kita (pernah) memegangnya. Menurut Wikipedia, prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang atau kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak.
Dahulu, saya amat takut pada keterlambatan. Mewarisi prinsip ibu saya bahwa terlambat datang ke suatu acara merupakan suatu kesalahan besar atau dosa, karena merugikan orang lain, saya menjadi amat takut bila saya berisiko atau benar-benar terlambat datang ke suatu acara atau kegiatan berjadwal. Tepat waktu menurut jam yang telah ditetapkan bersama memang baik dan merupakan sikap yang disiplin. Tetapi bila hal itu membuat kita mudah stres dan tidak produktif, alangkah bijaksananya untuk mulai bersikap luwes. Bukan berarti kita menafikan kedisiplinan, melainkan belajar untuk tidak kaku yang malah merugikan kita sendiri secara psikologis. Dan seringnya saya merasa tertekan bukan karena saya melanggar prinsip saya untuk selalu tepat waktu, melainkan karena saya menentang dengan keras dan kaku orang-orang yang tidak tepat waktu.
Prinsip seseorang dalam hidup pasti berbeda-beda dari orang lain. Hal tersebut kerap menimpulkan perbedaan pendapat dan riak-riak kecil. Maka dari itu, perlu solusi dan cara jitu agar menyelaraskan prinsip yang berbeda tersebut. Jika konsep orang lain tak sesuai dengan prinsip kita, perlu dihormati dan menjaga sikap saling menghargai. Itulah perlunya kita luwes dalam berprinsip.
Mengapa kita harus luwes dalam menyikapi prinsip-prinsip yang kita anut? Karena, kita hidup di dunia yang heterogen, di mana setiap individu menganut prinsip-prinsip hidup yang sudah pasti berbeda dengan yang kita miliki. Bila kita tidak mau bersikap luwes, sudah pasti keseimbangan dalam kehidupan sosial kita akan terganggu. Kecuali Anda tipe orang yang egois, yang merasa bisa hidup tanpa memerlukan kehadiran orang lain.
Prinsip hidup adalah nilai-nilai yang menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai ini dapat membantu seseorang untuk mengambil keputusan yang tepat, menyelesaikan masalah, dan mencapai tujuan hidupnya. Pengalaman hidup saya setelah menerima Latihan Kejiwaan menunjukkan bahwa prinsip hidup akan berubah seiring perubahan pola pikir dan pengalaman hidup. Hal ini akhirnya menyadarkan saya untuk bersikap luwes bahkan terhadap diri sendiri.
Kehidupan mengajarkan saya bahwa prinsip
hidup itu sederhana: Lepaskan jika memang harus dilepaskan. Pertahankan jika
memang layak untuk diperjuangkan. Dan Subud menandai berakhirnya keteguhan saya
pada prinsip-prinsip saya, kecuali satu: Selalu berserah diri pada perubahan
apa pun yang Tuhan kehendaki.©2023
Pondok Cabe,
Tangerang Selatan, 8 September 2023
No comments:
Post a Comment