TAHUN 2019 lalu, salah satu senior saya di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI) Angkatan 1984, yang saat itu menjabat sebagai Kepala Sub Dinas Sejarah TNI Angkatan Laut (Subdisjarahal) di Markas Besar TNI Angkatan Laut (Mabesal) Cilangkap, Jakarta Timur, Kolonel Laut Drs. Syarif Thoyib, M.Si, mendapat perintah dari atasannya untuk mencarikan seorang penulis yang memiliki keahlian dalam berbahasa Inggris termasuk penulisan dan penerjemahan serta editor yang cakap dengan latar belakang akademik di bidang sejarah dan memiliki wawasan yang mumpuni dalam strategi militer dan pertahanan. Atasan Kolonel Syarif saat itu adalah Laksamana Pertama TNI Moch. Zaenal yang menjabat sebagai Kepala Dinas Penerangan TNI AL, dinas yang menaungi antara lain Sub Dinas Sejarah.
Kolonel Syarif memutar otak, mencoba mengingat siapa gerangan di antara orang-orang yang dia kenal yang memiliki semua kriteria yang ditetapkan atasannya. Sang atasan pun sedang meneruskan perintah dari Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) saat itu, Laksamana TNI Siwi Sukma Adji, untuk membuat majalah berbahasa Inggris yang mengetengahkan kiprah TNI AL di dalam dan luar negeri serta pertahanan maritim. Kolonel Syarif dan staf-stafnya di Subdisjarahal, termasuk, salah satunya, satu yunior saya di Jurusan Sejarah FSUI, Adi Patrianto namanya, disibukkan untuk memenuhi permintaan atasan mereka. Loyalitas kepada atasan adalah segalanya di TNI AL—gagal dalam hal itu berarti karir Anda di TNI AL berakhir.
Suatu saat, Kolonel Syarif mendapat kabar duka: Yunior dia di Jurusan Sejarah FSUI, yang adalah senior saya, meninggal dunia. Kolonel Syarif menyempatkan diri untuk melayat di saat prosesi pemakamannya. Saat khidmat mengikuti prosesi pemakaman si yunior, Kolonel Syarif melarik para alumni Jurusan Sejarah FSUI yang juga hadir melayat. Dia perhatikan satu per satu dengan saksama wajah-wajah mereka. Lalu pada satu titik, dia tersentak, karena tiba-tiba teringat pada satu alumnus yang justru tidak datang melayat—dan sempat membuat dia heran karena si alumnus juga mengenal baik almarhum.
Alumnus yang absen dari melayat seniornya itu adalah saya. Dan itulah yang membuat Kolonel Syarif tersentak. Dia langsung teringat di saat melayat itu bahwa sayalah yang memenuhi semua kriteria dari Kadispenal, Laksamana Pertama TNI Moch Zaenal. Sekembalinya di kantornya, Kolonel Syarif menanyakan Adi Patrianto apakah dia memiliki nomor WhatsApp saya. Adi memberikan nomor saya dan selanjutnya Kolonel Syarif menelepon saya. Itulah kontak pertama kami sejak saya lulus dari FSUI tahun 1993.
Sejak hari itu hingga Kolonel Syarif pensiun tahun 2022 (terakhir menjabat Sekretaris Dinas Sejarah TNI AL; Subdisjarahal direvitalisasi menjadi Disjarahal dengan kepalanya berpangkat Laksamana Pertama pada tahun 2020), saya—melalui perusahaan branding saya, li9ht Brand—melayani kebutuhan Dispenal dan Disjarahal dalam pembuatan media komunikasi internal dinas.
Kolonel Syarif adalah pribadi yang baik, ramah, rendah hati dan selalu mendukung saya secara moril dan materiil. Di TNI AL sendiri, para bawahannya sangat menghormatinya sebagai pemimpin yang mengemong, peduli dan suka memberi nasihat bijak alih-alih memarahi bawahan yang berbuat kesalahan. Sejak dia pensiun, saya belum sempat bertemu kembali dengan Kolonel Syarif, namun saya masih mengiriminya pesan WhatsApp, bertanya kabar dan ucapan Idulfitri. Harapan saya untuk bertemu Kolonel Syarif Thoyib pagi ini pupus seiring kabar dari Adi Patrianto bahwa senior yang kembali teringat saya pada saat melayat telah berpulang ke pangkuan Ilahi pada Rabu ini, 26 Juni 2024, pukul 08.03 WIB di RSAL dr. Mintohardjo, Jakarta, karena sakit.
Semoga
Tuhan Yang Maha Kuasa memurahi almarhum dalam perjalanan selanjutnya.©2024
Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 26 Juni 2024
No comments:
Post a Comment