Sunday, February 11, 2018

Selera Kuli Bangunan


OSENG-oseng labu siam/manisa kadang dimasak mendiang ibu saya sebagai lauk makan siang di rumah. Bagaimanapun, dulu, saya tidak menyukainya. Sama seperti kebanyakan anak-anak, saya tidak suka sayur. Saya mulai menyukai suatu sayuran apabila ada contoh yang dapat menggugah selera saya. Contohnya ya oseng-oseng labu siam/manisa ini. Dari sama sekali tidak suka sampai jadi tergila-gila. Penyebab kesukaan saya adalah seorang kuli bangunan.

Dulu, semasa sekolah dasar kelas lima (1978-1979), saya hampir setiap hari bermain ke rumah sahabat saya, Beben namanya, di perkampungan padat di daerah Pondok Karya, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Menghuni sebuah rumah petak bersama ayah-ibu dan kedua adik laki-lakinya, Beben bertetangga dengan satu keluarga yang dikepalai seorang lelaki yang berprofesi kuli bangunan.

Suatu siang, sepulang sekolah, saya kembali main ke rumah Beben. Ketika saya dan Beben sedang bermain di depan rumah petak sahabat saya itu, si kuli bangunan pulang dan melepas lelah di ruang depan rumahnya. Istrinya muncul dari arah dapur, membawakan sepiring nasi dengan lauk oseng-oseng labu siam/manisa yang menggunung. Si kuli bangunan pun menyantap makan siangnya dengan lahap hingga tidak menyisakan barang sebutir nasi pun di piringnya. Pemandangan itu menggugah selera saya akan oseng-oseng labu siam/manisa yang tadinya saya tidak suka.

Sorenya, ketika sudah pulang ke rumah orang tua saya sendiri, saya bilang ke ibu saya, bahwa saya ingin dimasakkan oseng-oseng labu siam/manisa. Ibu saya bengong dan kemudian berkata, “Tumben?!” ©2018




Kalibata Selatan II, Jakarta Selatan, 12 Februari 2018

No comments: