Wednesday, January 19, 2011

Peluang Permenungan


“Manusia pada dasarnya mau berubah, hanya bila itu berasal dari dirinya.”

—Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, gurubesar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.



Beberapa waktu lalu, saya menonton film Forever Strong (2008) lewat saluran televisi berbayar (paid television) Star Movies, yang berkisah tentang pelatih rugbi asal Amerika Serikat, Larry Gelwix. Film ini memberi saya kesan tersendiri, bukan terhadap permainan rugbi yang keras, strategi permainannya atau kerja tim para pemainnya, melainkan tentang bagaimana menangani anak-anak muda yang bermasalah.


Film itu sendiri bertolak dari kisah anak muda Rick Penning yang lantaran mengemudikan mobil dalam keadaan mabuk menyebabkan dirinya dan pacarnya mengalami kecelakaan dan membuat ia divonis pengadilan untuk mendekam di Panti Rehabilitasi Remaja Bermasalah di Salt Lake City selama satu tahun. Ia juga kehilangan posisinya sebagai kapten tim rugbi Arizona.


Setiap kali membuat masalah di panti rehabilitasi itu, Rick dipaksa duduk di depan meja petugas bimbingan dan penyuluhan, bernama Marcus, dan didiamkan selama waktu yang tak terbatas. Marcus menyuruh Rick untuk bertanya pada dirinya sendiri, kesalahan apa yang telah diperbuatnya. Marcus tidak memberi nasihat maupun teguran; yang dibutuhkannya adalah cara komunikasi yang persuasif dengan membiarkan Rick berpikir secara independen, mendengarkan dirinya sendiri. Sementara itu, Marcus hanya sibuk menekuni pekerjaannya. Setiap kali Rick bertanya, apakah ia boleh pergi, Marcus berkata, “Tidak, sampai kamu mendengarkan suara kamu sendiri.” Marcus juga menekankan bahwa untuk mendengarkan itu dibutuhkan kedisiplinan.


Ketika Rick merenung dan mendengar suara batinnya, ia menyatakan diri menyesal atas perbuatannya dan meminta maaf.


Atas rekomendasi Marcus, yang sepakat untuk memberi nilai yang baik pada Rick yang dapat mengurangi masa hukumannya, anak muda itu pun bergabung dengan tim rugbi Highland, sebuah klub rugbi SMA di bawah asuhan Larry Gelwix. Rick sempat kesal lantaran Gelwix dianggapnya tidak pernah turun lapangan untuk melatih anak-anak asuhnya. Ternyata Gelwix mempraktikkan metode yang sama dengan Marcus: para pemain diharapkan agar tidak ragu untuk mengikuti kata hati mereka, dengan mendengarkan suara batin mereka.


Peluang permenunganlah yang diberikan Marcus maupun Pelatih Gelwix kepada anak-anak muda itu. Melalui permenungan kita memasuki ruang batin kita, di mana yang ada hanya kejujuran dalam pikiran dan perasaan, perkataan maupun perbuatan. Setiap kita, paling tidak sekali seumur hidup, pernah mendengar suara batin itu, memberi petunjuk-petunjuk di kala kita mengalami kesusahan. Sebenarnya suara batin itu selalu ada dan berkata lirih di tengah keheningan yang kita telusuri, bila saja kita bersedia memanfaatkan peluang permenungan di sela-sela kesibukan kita.©




Pondok Jaya, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, 19 Januari 2011, pukul 18.25 WIB

No comments: