Wednesday, April 22, 2020

Kemalasan Melahirkan Kreativitas


“Saya akan selalu memilih orang yang malas untuk melakukan pekerjaan yang sulit, karena orang yang malas akan mencari cara yang mudah untuk melakukannya.”
—Bill Gates


SEJAK pandemi CoViD-19, kira-kira sebulan yang lalu asisten rumah tangga (ART) saya dirumahkan atas perintah dokter dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di lingkungan (kampung) tempat tinggal saya. Ia termasuk golongan yang rentan terinfeksi virus Corona. Jadilah di rumah saya hanya bertiga dengan istri dan putri kecil saya, Nuansa.

Dengan absennya sang ART, saya harus memikul sebagian pekerjaan rumah tangga. Yang rutin adalah bangun pagi untuk menyapu dan mengepel lantai rumah. Saya menderita sakit punggung ringan—tapi kadang tak tertahankan bila kambuh—yang membuat pekerjaan tersebut menjadi cukup menyebalkan. Tapi saya tak punya pilihan; saya harus mengerjakannya, karena tenaga istri tak cukup untuk melakukan semua pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak.

Tak sengaja, saat mengepel ruang kerja saya, saya duduk di salah satu kursi kerja yang beroda dan bisa berputar, dan terus mengepel. Saat itulah saya tersadar bahwa mengepel sambil duduk di kursi semacam itu menyenangkan dan membuat punggung saya lega. Saya seperti mendayung perahu dengan duduk di kursi yang bisa bergerak ke sana ke mari dan berputar saat mengayunkan tangkai pel-pelan.

Istri saya berkomentar tentang kebiasaan baru saya itu, “Dasar pemalas!” Saya berkilah bahwa justru cara itu membuat menyapu dan mengepel menjadi menyenangkan. Karena menyenangkan, saya jadi serius melakukan pekerjaan tersebut, dan karena itu pula hasilnya juga bagus.

Ide-ide kreatif, menurut kesaksian saya selama ini, lahir dari “kemalasan” atau keinginan untuk mempermudah hal-hal yang terbilang sulit atau tidak nyaman. Hal itu tidak salah; lagi pula siapa sih yang mau dihadapkan pada kesulitan atau ketidaknyamanan?

Perasaan senang melahirkan cinta, dan pekerjaan yang didasari cinta menciptakan kegairahan, menumbuhkan renjana (passion) pada si pekerja. Pekerja yang melakukan tugas dan kewajibannya dengan renjana mampu melahirkan hasil yang berkualitas baik dan memuaskan baik dirinya sendiri maupun orang lain.@2020


GPR, Jl. Pondok Cabe III, Tangerang Selatan, 22 April 2020

No comments: