Monday, December 23, 2019

Menyerap Bagaikan Spons


MESKI sudah lebih dari 15 tahun berlatih kejiwaan Subud dengan berbagai pengalaman yang mencengangkan, toh kadang saya merasa ragu atau tidak percaya dengan mukjizat Latihan Kejiwaan. Tapi untungnya, dengan adanya keraguan atau ketidakpercayaan ini saya dapat menyikapi setiap pengalaman ajaib, walau simpel, dengan rasa syukur yang besar. Artinya, bagi saya tidak ada pengalaman kejiwaan yang tidak luar biasa. Semuanya selalu luar biasa!

Seperti pengalaman menjadi “spons” bagi pengetahuan atau ilmu yang baru. Ini bukan hal baru, melainkan saya sering mengalaminya. Tapi toh tiap kali saya mengalaminya, saya selalu merasakan keterpesonaan yang dahsyat.

Sejak dibuka—menerima kontak Latihan Kejiwaan Subud untuk pertama kalinya, proses kejiwaan yang saya lalui berangsur-angsur membuat saya menjadi tak ubahnya spons atau kain penyerap air dalam hal memahami sesuatu yang baru. Hal itu terjadi di luar usaha akal pikir saya. Tiba-tiba saja, pada satu momen, saya berubah dari orang yang tidak tahu apa-apa mengenai suatu bidang atau hal menjadi tahu, bahkan begitu menguasainya sampai saya mampu menganalisisnya untuk membuat beberapa perubahan!

Baru-baru ini, di awal bulan Desember 2019, saya mengalami kejadian seperti yang saya gambarkan di atas. Perusahaan penjenamaan (branding) milik saya, LI9HT Brand—The IDEAS Company, mendapat satu pekerjaan bertenggat waktu yang sangat ketat, yaitu membuat suatu buku saku berisi kumpulan tulisan singkat dari para staf Divisi Teknologi Informasi PT Indonesia Power yang telah dibagi di antara mereka sendiri dalam momen-momen berbagi pengetahuan (knowledge sharing) setiap seminggu. Tulisan-tulisan tersebut boleh dibilang sangat teknis, mengandung informasi yang sebagian besar hanya dapat dipahami oleh mereka yang telah mengenyam pendidikan di bidang teknologi informasi (TI).

Berbekal ketidakmengertian, ibarat cangkir yang belum terisi, saya pun menghadap Kepala Divisi Teknologi Informasi (Kadiv TI) dari PT Indonesia Power di kantor pusat anak perusahaan PT PLN Persero itu di gedung Centennial Tower, Jl. Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Saya teramat buta dalam bidang TI; saya hanya bisa menggunakan internet, tapi tidak tahu bagaimana sistem itu sesungguhnya bekerja, dan beragam potensi yang dimilikinya sehingga saya dapat memaksimalkan penggunaannya.

REOC PT Indonesia Power di Lantai 8 Centennial Tower, Jakarta.
Duduklah saya berhadapan dengan Pak Kadiv TI di salah satu ruangan operasi TI PT Indonesia Tower, sebuah ruangan di mana para jawara TI perusahaan operator pembangkit listrik terbesar di Indonesia itu mengendalikan dan mengawasi bekerjanya sistem-sistem pembangkit milik PT Indonesia Power di seluruh Indonesia melalui perangkat komputer dan layar video wall. Di layar tersebut terpampang berbagai grafik yang secara realtime menggambarkan pergerakan sistem-sistem pembangkit, yang melaluinya para ahli dapat mencermati kecenderungan-kecenderungan yang harus mereka cegah untuk meminimalisasi risiko kerusakan atau kerugian operasional serta meningkatkan kinerja pembangkit. Di lingkungan PT Indonesia Power, bagian ini dinamai REOC (Reliability and Efficiency Optimization Center).

Semua itu membuat saya pusing, hingga Latihan Kejiwaan masuk dan mengambil alih. Dalam sekejap, saya, diliputi ketakjuban, dapat menyerap semua penjelasan Kadiv TI mengenai seluk-beluk sistem teknologi informasi, seakan saya sudah menggeluti bidang itu selama ini. Tubuh saya, terutama otak saya, seperti magnet yang menarik semua ucapan Pak Kadiv TI dan membiarkan penjelasan beliau menempel terus. Tanpa saya paksakan, maupun saya usahakan. Bukan main(-main) Latihan Kejiwaan Subud itu.©2019


GPR 3, Jl. Pondok Cabe III, Tangerang Selatan, 24 Desember 2019

No comments: