“Kegagalan itu membuat lelah. Tetapi yang paling
melelahkan adalah menyesali kegagalan itu.” (Anto Dwiastoro, 8 Oktober 2012)
“Bicara seperlunya, berpikir seperlunya.
Selebihnya, tenangkan dan rasakan diri, biarkan jiwa menuntun menyelesaikan apa
yang penting di hari ini, tidak mencemaskan apa yang ada di hari-hari ke depan
atau merasa bersalah atas hari-hari yang sudah lewat.” (Anto Dwiastoro, 12
Oktober 2012)
“Manusia itu ibarat poros dan hidupnya ibarat
roda. Dengan adanya poros roda bisa berputar, tetapi poros sendiri tidak
berputar, melainkan hanya ‘diam dan menyaksikan’ perputaran roda. Dengan
menenangkan diri di saat ini dan membiarkan hidup dengan suka dan dukanya
memutari kita, semakin dekat kita kepada keinsafan bahwa keberadaan kita di
dunia adalah menjadi saksi atas keagunganNya.” (Anto Dwiastoro, 18 Oktober
2012)
“Ya Tuhan, buatlah aku menjadi orang yang super
idiot, kecuali Kau pakai pikiranku untuk memikirkan hal-hal yang sesuai dengan
kehendakMu.” (Simone Weil, filsuf Perancis 1909-1943)
“Spiritualitas itu murni dari dalam diri,
bersumber dari hati. Ia menjadi tak berarti ketika dibuat organisasi, yang
lantas memunculkan hierarki, dan buntutnya ada pihak-pihak yang mengklaim
memiliki. Di situlah kemurnian spiritualitas mati!” (Anto Dwiastoro, 25 Oktober
2012)
“We make a living by what we get. We make a life
by what we give.” (Winston Churchill)
“Dalam keadaan terburuklah sisi terbaik kita
mengemuka.” (Anto Dwiastoro, 28 Oktober 2012)
“The best fight ever is no-fight.” (Anto
Dwiastoro, 29 Oktober 2012)
“While other people are doing things, I am just
doing great.” (Anto Dwiastoro, 31 Oktober 2012)
“Tidak ada kegagalan dalam hidup ini. Yang ada
adalah kegagalan untuk memahami bahwa hidup tidak menyediakan kesempatan untuk
gagal.” (Anto Dwiastoro, 31 Oktober 2012)
“You do not have a brand, unless you are related
with the consumers either through yourself, your company, your product or
service. Until then, it’s just a label. The relationship is built with durable
yet smart marketing and corporate communications.” (Anto Dwiastoro, 25 October
2012)
“Nasihat yang baik tetap bermakna dan bertujuan
baik sekalipun disampaikan oleh setan.” (Anto Dwiastoro, 26 Oktober 2012)
“Kalau kamu ingin tahu bagaimana sifat dan
perilaku seseorang, pelajarilah dari sifat dan perilaku teman-temannya. Kalau
mereka pintar dan baik, bisa dinilai bagaimana orang tersebut, karena sudah
menjadi hukum alam bahwa perilaku kita mempengaruhi lingkungan kita.” (Anto
Dwiastoro, 9 November 2012)
“Untuk menjalankan kendaraan, kita perlu SIM
(Surat Izin Mengemudi). Untuk menjalankan hidup, kita juga perlu SIM (Spiritual,
Intelektual, Material).” (Anto Dwiastoro, 9 November 2012)
“Dengan menyadari kebaikan, kita akan memahami
tentang keburukan.” (Anto Dwiastoro, 15 November 2012)
“Banyak orang yang begitu tidak sabarnya sampai
‘merem dan lerem’ (memejamkan mata dan menentramkan diri) barang semenit pun
mereka tidak tahan. Sungguh menderita mereka yang diperbudak oleh pikirannya
sendiri.” (Anto Dwiastoro, 16 November 2012)
“Di saat senang, bagilah kesenangan itu ke orang
lain yang kekurangan. Di saat kekurangan, jadilah diri sendiri, karena dirimu adalah
harta yang lebih berharga dari apa pun.” (Anto Dwiastoro, 18 November 2012)
“Jika kamu tidak punya waktu untuk melakukan apa
yang kamu sukai, maka semua kegiatan yang lain, yang tidak kamu sukai, walaupun
menghasilkan uang, menjadi tidak ada gunanya.” (Anto Dwiastoro, 20 November
2012)
“Ilmu saja tidak cukup—kamu harus membagi ilmumu.
Membagi saja tidak cukup—kamu harus rendah hati dan ikhlas dalam melakukannya.”
(Anto Dwiastoro, 22 November 2012)
“Kesempatan untuk melakukan apa yang kita sukai
adalah yang memberi nilai lebih pada semua upaya yang kita tempuh untuk
menyejahterakan diri kita.” (Anto Dwiastoro, 22 November 2012)
“Cintailah kekurangan kamu sebesar kamu
mencintai kelebihanmu. Bagaimanapun, kesuksesan akan tercapai ketika keduanya
bersinergi.” (Anto Dwiastoro, 22 November 2012)
“Yatim-piatu bukanlah ‘mesin pencuci uang’ yang
dengannya kamu bisa mencuci dosa-dosa kamu dengan menyumbangkan uang yang berasal
dari sumber yang tidak baik.” (Anto Dwiastoro, 22 November 2012)
“Cinta dan Benci punya satu kesamaan: Keduanya
memelihara Ingatan akan sesuatu atau seseorang yang dicinta atau dibenci.”
(Anto Dwiastoro, 27 November 2012)
“Spiritualitas yang sejati itu tumbuh dan
berkembang secara alami, bukan karena ajaran, bukan karena mengikuti nasihat orang
lain, bukan karena semua orang lainnya melakukan. Pertumbuhan spiritualitas
sejati itu berawal dari diri pribadi yang berani untuk menjadi diri sendiri.”
(Anto Dwiastoro, 28 November 2012)
“Being spiritual is about being yourself.” (Anto
Dwiastoro, 28 November 2012)
“Hasil makin tinggi, hati makin rendah.” (Anto
Dwiastoro, 30 November 2012)
“Kekayaan
bukan alasan untuk menghentikan kekaryaan.
Semakin kaya, seharusnya semakin banyak menghasilkan karya.” (Anto Dwiastoro,
30 November 2012)
“Kesuksesan itu 1% teori, 99% tuntunan Illahi
dalam melakoni usaha. Dengarkan diri, tidak bertanya atau berusaha memahami,
lalu jalankan.” (Anto Dwiastoro, 8 Desember 2012)
“Kegagalan sebuah iklan adalah ketika alih-alih
menjadi dirinya sendiri ia malah mengikuti tren. Iklan yang hebat itu menciptakan
tren, bukannya mengikutinya.” (Anto Dwiastoro, 11 Desember 2012, terkait iklan
TV New Era yang memakai tema visual dan audio Gangnam Style)
No comments:
Post a Comment