Tuesday, December 17, 2024

Pembelajaran Berkelanjutan: Menyongsong Tahun 2025

SAYA telah berada di Bumi selama lebih dari lima dekade. Tinggal di kota seperti Jakarta, di mana ada bangunan-bangunan yang berusia ratusan tahun, memberi kita perspektif. Tapi tetap saja, saya terkesan karena saya sudah ada di sini sekian lama—saya merasa saya belum memulai sesuatu.

Saya bukanlah orang yang terlalu memikirkan usia, tetapi seperti yang selalu terjadi, usia memberi saya kesempatan untuk refleksi diri. Saya kira saya harus membagi segenggam pelajaran yang sudah saya peroleh—sebagai tuntunan untuk diri saya sendiri maupun untuk mereka yang baru saja mulai melangkah.

Pelajaran-pelajaran ini menerangi jalan di muka yang harus saya jelajahi, meski saya tahu saya masih suka tersandung seperti sebelum-sebelumnya.

1. Saya selalu menelan keengganan saya untuk meminta maaf. Terlalu angkuh untuk minta maaf tidak ada artinya—hubungan saya dengan orang lain rusak karena sesuatu yang tidak bermanfaat.

2. Pelan-pelan saja. Terburu-buru tidak ada gunanya. Hidup lebih asyik dinikmati dengan santai.

3. Target tidaklah sepenting yang kita kira. Saya mencoba bekerja tanpa target selama seminggu. Ternyata, saya bisa melakukan hal-hal hebat tanpa target. Dan saya tidak harus mengelola target, memotong sebagian birokrasi dari hidup saya. Stres saya berkurang tanpa target-target, dan saya lebih bebas untuk memilih jalan yang tanpanya saya tidak bisa menikmati hidup saya.

4. Momen saat inilah yang penting. Semua kekhawatiran tentang dan rencana-rencana masa depan saya, semua hal di masa lalu yang saya putar ulang—semua itu hanya ada di kepala saya, dan mereka mengalihkan perhatian saya dari menjalani hidup sebaik-baiknya di saat ini. Saya relakan semua itu, dan hanya berfokus pada apa yang sedang saya lakukan, saat ini. Dengan begitu, bagi saya setiap kegiatan merupakan Latihan Kejiwaan.

5. Saya tidak keren, dan saya baik-baik saja dengan itu. Saya buang-buang banyak energi dengan berusaha menjadi keren. Adalah lebih menyenangkan untuk melupakan hal itu, dan hanya menjadi diri sendiri saja.

6. Ketika saya menyadari bahwa saya sedang berenang dengan ikan-ikan yang lain di arus yang sama, saya akan berenang melawan arus. Mereka toh juga tidak tahu mau pergi ke arah mana.

7. Saya sadar, saya tidak bisa membaca semua buku bagus, menonton semua film bagus, pergi ke semua kota terbaik, mencicipi semua restoran terbaik, bertemu dengan semua orang hebat. Tapi rahasianya adalah: Hidup menjadi lebih baik ketika saya tidak berusaha melakukan segala hal. Saya belajar untuk menikmati sepotong kehidupan yang saya alami, dan hidup rupanya menjadi luar biasa.

8. Kesalahan adalah cara terbaik untuk belajar. Saya tidak takut untuk melakukan kesalahan. Saya hanya mencoba agar tidak terlalu sering mengulang kesalahan yang sama.

9. Masih banyak yang harus saya pelajari. Jika saya telah mempelajari sesuatu, itu karena saya hampir tidak tahu apa-apa, dan bahwa saya sering keliru tentang apa yang saya kira saya tahu. Hidup memiliki banyak pelajaran yang mesti disampaikan ke saya, dan saya berharap mendapat semua pelajaran itu.©2024


Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 18 Desember 2024

No comments: