Sunday, December 1, 2024

Harapan Mendahului Kekuasaan Tuhan

 


TANGGAL 1 Desember 2024, saya menemukan postingan ini di Story Instagramnya Youth Jakarta Selatan. Saya segera merasa heran: Sudah menerima Latihan Kejiwaan kok ya masih berkutat pada sesuatu yang tidak mencerminkan susila, budhi dan dharma.

Kalau saja mau bersusah payah sedikit, dengan melongok ke ceramah Bapak, akan ditemukan bahwa harapan itu hanyalah khayalan belaka. Seperti ditekankan dalam Buddhisme, untuk menjaga kesadaran kita kita harus hidup di saat ini, melupakan masa lalu dan tidak mengkhayalkan masa depan. Kesadaran adalah kunci utama dalam proses kejiwaan. Makanya, saat Latihan kita harus selalu sadar agar dapat menginsafi bimbingan Tuhan yang kita terima.

Beberapa minggu lalu, dalam perjalanan ke Kelompok Latihan Jatiwaringin, dalam mobil milik seorang pembantu pelatih Cabang Jakarta Selatan yang membawa kami ke sana, saya berdebat dengan Pak Harris Roberts perihal “harapan”. Menurut Pak Harris, harapan itu sejatinya tidak ada, karena kita hidup di saat ini dengan yang nyata-nyata saja. Harapan adalah khayalan, kata beliau. Saya sependapat dengan beliau tapi bersikukuh dengan pendapat bahwa orang-orang non Subud membutuhkan harapan utk sintas (survive) atau bertahan hidup meski kenyataannya mereka tidak bisa bertahan kalau hanya duduk berpangku tangan dan hanya berharap. Pak Harris mengiyakan pendapat saya tapi tetap pada pendirian bahwa orang Subud tidak pakai harapan-harapan. Bukankah ketika kandidat akan dibuka akan mendapatkan saran agar tidak berangan-angan dan mengharap-harap?

Dalam ceramah di Singapura pada 24 Februari 1963 (63 SIN 1), Bapak antara lain mengatakan:

Jika kita dalam Latihan atau sebelum Latihan banyak yang kita fikirkan, kita akan tidak dapat banyak menerima. Malahan dapat juga berhenti Latihan ini. Yang demikian itu berarti bahwa para saudara sekalian setiap akan melakukan Latihan, pun juga dalam menerima Latihan Kejiwaan, sedapat mungkin lebih menyerah dengan sabar dan ikhlas. Jangan banyak yang diharapkan, karena harapan saudara kepada Tuhandalam hakekatnyamendahului daripada kekuasaan Tuhan. Apa sebab Bapak katakan demikian? Karena harapan saudara menggambarkan bahwa Tuhan tidak tahu bagaimana keadaan saudara yang sebenarnya. Jadi, adanya saudara tidak lekas dapat menerima atau Latihannya tidak ada kemajuannya, bukan karena Tuhan tidak suka memberi, tetapi karena kemampuan saudara sendiri sampai pada saat itu belum ada dan belum cukup.

Memang bagi kita manusia sukar sekali untuk menghilangkan keinginan itu. Tetapi karena kita telah mengalami setiap kali di dalam Latihan, yang membuktikan demikian itu, maka sedapat mungkin saudara sekalian Bapak harapkan, Bapak anjurkan, agar jangan banyak harapan dan keinginan yang diajukan kepada Tuhan, melainkan menyerah bagaimana kehendak Tuhan atas dirinya masing-masing.”

Mengenai harapan, benar kata YM Bapak: Harapan mendahului kekuasaan Tuhan! Seolah Tuhan tidak tahu bagaimana keadaan kita.

Kemarin pagi, saya terbangun dengan perasaan enggan, mager (malas gerak) dan lelah, tapi saya berkewajiban untuk memenuhi janji saya ke Daniela Moneta, arsiparis Subud Archives Washington DC, bahwa saya akan memeriksa koleksi majalah Aneka Subud di Wisma Subud Bogor pada 1 Desember 2024 (sesuai permintaan Ketua Subud Cabang Bogor, Pak Wahyu Budi Susetyo). Saya pun berdoa penuh pengharapan akan kekuatan dan semangat. Tapi jiwa saya malah menegur saya, “Kalau kamu nggak jalanin, kamu nggak akan tau kamu kuat atau nggak. Kamu juga nggak akan mengalami mukjizatNya kalau cuma berdoa tapi kamu nggak gerak."                                

Saya pun segera bangkit dari atas kasur, keluar kamar saya dan pergi ke dapur untuk memasak nasi goreng buat sarapan (itu lebih baik daripada harapan) untuk semua penghuni rumah saya dan kemudian meluncur ke Bogor dengan sepeda motor. Wah iya, rasa enggan, malas dan capeknya hilang. Saya bahkan bernyanyi sepanjang jalan diselingi teriakan-teriakan yang menyatakan kegembiraan.©2024

 

Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 2 Desember 2024

No comments: