Wednesday, December 18, 2024

Kembali ke Masa Lalu di Saat Ini

SAYA tidak tahu apa rencana Tuhan untuk saya saat ini, tapi saya menandai bahwa sejak tiga atau empat tahun lalu saya menjadi acuan bagi para anggota Subud Indonesia untuk menyerahkan arsip atau literatur Subud yang mereka miliki ke saya. Ada yang memposkannya ke saya, ada pula yang menyerahkannya secara langsung.

Saya juga “dijadikan” rujukan bagi anggota dan pembantu pelatih untuk mendapatkan ceramah Bapak tentang apa saja sesuai kebutuhan mereka. Pembantu pelatih yang membuka saya, di Surabaya, Jawa Timur, pernah mengkopi ratusan rekaman audio dan video serta transkripsi ceramah Bapak dalam satu folder berukuran 60,4 GB ke external harddisk saya, pada tahun 2013. Pada saat itu saya tengah mengalami ujian hidup yang sangat berat (menurut kapasitas saya pribadi) akibat pecah kongsi dalam perusahaan bisnis yang saya dirikan bersama empat saudara-saudari Subud (dua di antaranya pembantu pelatih) yang telah membuat saya rugi hingga Rp1,5 miliar. Pembantu pelatih di Surabaya itu memberi saya ceramah-ceramah Bapak agar saya baca atau dengarkan untuk menemukan rahasia Subud, yang bila telah saya temukan akan mengurangi derita psikologis saya akibat kejadian itu dan beliau pastikan akan mampu membuat saya bangkit kembali untuk memulai dari nol lagi.

Terkait fenomena yang saya lalui dalam tiga atau empat tahun belakangan ini, saya teringat pada kisah yang diceritakan satu saudari Subud di Jakarta Selatan beberapa bulan lalu. Dia mengisahkan perjalanan hidup seorang anggota wanita yang namanya terangkat berkat sejumlah produk alami yang dapat mengatasi berbagai penyakit, yang ia ciptakan dengan bimbingan Latihan. Anggota yang menceritakan kisahnya ke saya adalah seorang dokter yang berhenti praktik lantaran ingin meneruskan cita-cita anggota yang menciptakan produk kesehatan itu.

Ia bercerita bahwa si pencipta produk kesehatan itu tidak berlatar belakang akademis di bidang kedokteran, melainkan fisika dan kimia nuklir. Karena mungkin ilmu-ilmu itu terlalu melampaui zaman di Indonesia, ia tidak mendapat pekerjaan sesuai ilmu kesarjanaannya, sehingga akhirnya ia beralih ke fotografi dan desain. Ia kembali menekuni bidang kesarjanaannya—fisika dan kimia nuklir—setelah masuk Subud. Latihan membimbingnya untuk memanfaatkan kesarjanaannya buat menciptakan produk kesehatan yang berguna bagi banyak orang.

Mendengar kisah itu, saya melihat kepada diri saya. Saya merasa berrelasi dengan kisahnya. Sebagai sarjana strata satu dari Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI; sejak 2002 berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI/FIBUI), sejak meninggalkan bangku kuliah saya tidak pernah menekuni bidang keilmuan saya. Setidaknya bukan sebagai sejarawan akademik, melainkan kadang saya menulis literatur kesejarahan berdasarkan pesanan dari perusahaan-perusahaan untuk materi perayaan ulang tahun mereka dalam kapasitas saya sebagai copywriter di biro-biro iklan.

Saya tetap melakukan pekerjaan saya sebagai copywriter periklanan dan perencana strategis merek setelah saya dibuka di Subud. Latihan berperan vital dalam saya melakukan pekerjaan itu, yang membuat baik klien maupun konsumen terbelalak kagum dengan pendekatan kreatif saya. “Mengapa kita tak terpikir hal itu ya,” komentar sejumlah klien saya. Mereka tidak tahu bahwa saya pun tidak berpikir; ide-ide brilian itu datang justru ketika saya berserah diri di hall Latihan.

Kira-kira empat tahun lalu, mulailah beberapa saudara Subud di Indonesia mempercayakan artefak-artefak kesejarahan Subud dalam kepemilikan mereka kepada saya. Juga ada permintaan agar saya membantu menuliskan kisah-kisah orang tua atau kakek-nenek mereka yang menjadi pemicu pertama keberadaan Subud dalam keluarga mereka. Semua ini memaksa saya kembali menekuni latar belakang akademik saya, yaitu ilmu sejarah. Meski saya melawan kenyataan ini, dengan memburu proyek-proyek komersial berbasis komunikasi pemasaran atau korporat, tetap saja saya dihadapkan pada permintaan untuk menangani aspek-aspek terkait sejarah Subud. Akhirnya, ya, saya ikuti saja ke mana bimbingan ini membawa saya.©2024

 

Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 19 Desember 2024

No comments: