![]() |
Berkumpul mulai jam 09.00 WIB di Kopi
Bar, Jl. Margonda Raya, Depok (sebelah Universitas Gunadarma Kampus D), sebelum
menuju lokasi acara Homecoming FIBUI di kampus FIBUI Depok: (dari kiri ke
kanan) Andi Zulfikar (Sejarah ’86), Arifin Dwi Slamet (Sejarah ’87), Dino
Musida (Sejarah ’86), dan Edwar Mukti Laksana (Sejarah ’89).
30 November 2025 membawa cahaya yang indah dan jernih ke
lingkungan yang akrab dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) di
Universitas Indonesia (UI). Melangkah di kampus FIBUI, aroma buku-buku lama dan
hujan tropis—aroma yang hanya familiar di kalangan warga FIBUI—langsung
menyambut saya. Tiga puluh tahun lebih pun sirna dalam panasnya Depok, Jawa
Barat. Saya, seorang sarjana yang bangga dari Jurusan Sejarah, Angkatan 1987,
akhirnya pulang untuk acara reuni Homecoming akbar.
Kegembiraan murni siang itu
diukur bukan dalam jam, tetapi dalam keterhubungan yang instan. Saya pertama
kali tertarik ke wajah-wajah yang akrab dari jurusan saya, Sejarah. Kami adalah
penjaga masa lalu, yang kini membandingkan kehidupan kami saat ini—karier tak
terduga, kota-kota jauh tempat kami menetap, dan kebijaksanaan yang terukir di
sekitar mata yang dulunya begitu bersemangat memperdebatkan mata kuliah di
ruang-ruang kuliah tahun 1980-an. Diskusi terasa seperti kelanjutan dari
diskusi terakhir kami, meskipun beberapa dekade memisahkannya.
![]() |
Di selasar Gedung II FIBUI (dulu, Biro
Administrasi Pendidikan/BAP). Dari kiri ke kanan: Budi (Sejarah ’91), Pandu
Dewanata (Sejarah ’86), Dedeth Dewa (Sastra Jawa ’85), Ceha Bastian (Sastra
Cina ’85), Dino Musida (Sejarah ‘8), Arifin Dwi Slamet (Sejarah ’87), dan Fana
Ds (Sejarah ’89).
Namun, siang itu benar-benar mengesankan ketika saya terhubung dengan teman-teman dari jurusan-jurusan lain—Sastra Cina, Sastra Jawa, Sastra Arab, Sastra Rusia, Sastra Belanda, dan Sastra Indonesia. Kami bukan hanya rekan; kami adalah penyintas era tahun 1990-an yang penuh semangat, terkadang kacau, ketika kami secara resmi memulai kehidupan sarjana kami. Kami berbagi kisah tentang mengarungi era baru Indonesia, membangun keluarga, perubahan karier, dan menemukan kedamaian dalam momen-momen kecil. Setiap cerita, dari awal yang ambisius hingga kenyataan yang puas saat ini, adalah sebuah bukti semangat tangguh yang terbentuk di bangku-bangku kuliah di kampus kami.
Saat hari kian sore, ketika sinar matahari menyepuhkan emas
pada kampus FIBUI, hati saya terasa penuh. Kami datang sebagai individu yang
berprestasi, tetapi kami pergi sebagai mahasiswa masa lalu yang tak terpisahkan
dan bersemangat. Hari itu membuktikan bahwa pengalaman yang dibagikan di FIBUI
menciptakan ikatan yang lebih permanen daripada waktu itu sendiri.©2025
Pondok
Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan, 30 November 2025






No comments:
Post a Comment