SAYA berhenti
makan daging kambing sejak tahun 1982, setelah menyaksikan penyembelihannya
pada Hari Raya Idul Adha tahun itu.
Sebelumnya
saya doyan daging kambing. Tapi daging sapi dan ayam pun saya jauhi bila saya
menyaksikan penyembelihannya. Caranya seringkali tidak manusiawi (inhumane); mungkin karena begitu
banyaknya, sehingga penjagal berlaku layaknya mesin yang tidak punya emosi.
Yang
paling dianjurkan adalah penjagal harus dalam keadaan rasa diri yang tenang,
berserah diri dengan perasaan ikhlas dan tawakal. Saya pernah menyaksikan
penjagal seperti itu, yang secara ajaib membuat si hewan pun "pasrah"
mempersiapkan dirinya untuk disembelih.
Bagaimanapun,
saya masih mengonsumsi daging sapi, ayam, bebek, dan ikan—dalam kadar yang
tidak melampaui batas. Buddha Gautama pun masih makan daging hewan; yang beliau
larang adalah menyiksa hewan untuk kesenangan/hiburan belaka.
Setiap
kali saya (terpaksa) menyaksikan penyembelihan hewan yang dilakukan secara
tidak manusiawi, saya teringat pada iklan layanan masyarakat dalam buku The New York Festivals 1995 ini.
GPR 3, Tangerang Selatan, 31 Juli 2020
No comments:
Post a Comment