Saya di SOHO saya. Foto dibuat tanggal 5 Maret 2020, ketika memakai masker sudah menjadi tren menyusul pandemi COVID-19 yang sudah merambah Indonesia. |
LIMA belas
Maret 2020, saya berbagi pengalaman dan pengetahuan saya mengenai copywriting di Kelas Pintar Youth
(pemuda Subud) Jakarta Selatan, di salah satu ruangan di Wisma Indonesia,
kompleks Wisma Subud Cilandak, Jl. RS Fatmawati No. 52, Jakarta Selatan. Pada
hari yang sama, jam 10.00 digelar Latihan Kejiwaan bersama seluruh anggota di
Hall Latihan Cilandak. Imbauan untuk Latihan tersebut sudah beredar di sejumlah
grup WhatsApp Subud, dan diselenggarakan dalam rangka memohon perlindungan dari
Tuhan bagi semua anggota Subud Indonesia dalam menghadapi pandemi SARS-COV 2
atau Corona Virus Disease, yang
disingkat COVID-19 karena mulai mencuat pada tahun 2019.
Tanggal 15
Maret itu terakhir kalinya saya ke Wisma Subud Cilandak, karena hari-hari
selanjutnya, mengikuti tren yang mendunia saat itu lantaran pandemi COVID-19,
Hall Latihan Cilandak di-lockdown. Social atau physical distancing, lockdown,
karantina mandiri di rumah masing-masing saat itu mulai menjadi gaya hidup
semua orang di seluruh dunia.
Seorang
saudara Subud, dalam komunikasinya dengan saya via WhatsApp Voice Call, menyebutkan bahwa tahun 2020
menorehkan sejarah dalam kehidupan setiap orang. Gegara wabah penyakit
mematikan, seluruh dunia berdiam di rumah. Anjuran penjarakan sosial atau fisik
terus menerus dikumandangkan. Warga masyarakat disarankan agar menggunakan masker yang melindungi
mulut dan hidung, serta rajin membersihkan tangan dengan penyanitasi tangan (hand-sanitizer) dan/atau sabun dan air
menjadi keharusan. Kegiatan-kegiatan massa dihindari. Untuk pertama kalinya
dalam sejarah umat Islam Indonesia, salat berjamaah di masjid, termasuk Jumat
dan Tarawih, ditiadakan. Semua demi mencegah penyebaran virus Corona.
Saya
terbiasa bekerja di rumah, bahkan kegiatan LI9HT—The IDEAS Company berlangsung
di SOHO (small office, home office) di rumah saya. Jadi, bagi
saya bukan sesuatu yang mengherankan atau merepotkan, jika pemerintah meminta
perusahaan-perusahaan swasta maupun lembaga-lembaga negara membatasi kegiatan
di kantor; semua kegiatan pun dikerjakan di dan dari rumah masing-masing
karyawan. Begitu pula anak-anak sekolah dan mahasiswa, mereka harus belajar
secara daring (online) di rumah
masing-masing.
Kota-kota
besar di Indonesia, termasuk Jakarta dan Surabaya, menjadi kota mati, dengan jalan-jalan
macetnya tiba-tiba harus berakhir. Banyak jalan terlihat lengang, persis
keadaan di waktu Lebaran, saat sebagian besar penduduk Jakarta mudik ke kampung
halamannya. Lantaran ancaman COVID-19, pemerintah pun melarang mudik Lebaran,
tetapi hal itu tetap membuat Jakarta lengang. Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) diberlakukan di sejumlah kota untuk menekan keramaian yang berpotensi
menularkan virus Corona dari orang ke orang.
Sejak
pertengahan Maret hingga tulisan ini dibuat, praktis saya dan istri serta putri
kecil kami nyaris tak pernah jauh dari rumah. Hanya sekali, pada 22 April 2020,
saya naik sepeda motor ke Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal) di Cilangkap,
Jakarta Timur, untuk bertemu dengan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut
(Dispenal) guna membahas pekerjaan desain cover
buku dan penataan letak isi buku dengan tenggat waktu yang ketat.
Karena
pandemi COVID-19, Mabesal pun sebenarnya dinyatakan tertutup, dan tidak
menerima tamu. Perintah langsung dari Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL),
Laksamana TNI Siwi Sukma Adji, SE, MM. Tapi saya dikecualikan karena pekerjaan
desain cover dan layout buku tersebut adalah untuk kepentingan KASAL. Bagaimanapun,
lamanya kunjungan saya ke Dispenal dibatasi waktunya, dan untuk mengakses
gedung kantor Dispenal saya harus melalui pemeriksaan petugas kesehatan yang
menyorot sebuah alat mirip barcode reader
ke kening saya—untuk memastikan bahwa saya tidak demam, yang merupakan salah
satu simtom COVID-19. Pembacaan alat tersebut menunjukkan angka 360 C
alias normal, tidak demam menurut standar simtom COVID-19.
Pandemi ini
telah menyebabkan sejumlah klien LI9HT—The IDEAS Company menghentikan sementara
kerjasamanya dengan LI9HT. Hal ini membuat saya dan istri hampir tak ada
kegiatan yang produktif setiap hari, terkait matapencaharian kami. Ditambah
dengan karantina mandiri, banyak waktu kami terbuang untuk hal-hal yang tidak
esensial. Saya sendiri lebih banyak menghabiskan waktu menemani putri saya yang
26 Maret lalu berusia tiga setengah tahun. Saya menemani dia bermain dan
menonton kartun yang itu-itu saja berulang kali. Setiap hari!
Karena
harus mengurangi kegiatan di luar rumah, terutama dengan banyak orang di
sekitar, maka saya fokuskan pada perjalanan ke dalam diri. Keadaan ini telah
membuat (baca: memaksa) saya mengenal diri sendiri. Senandika (soliloquy atau berdialog dengan diri
sendiri) mewarnai keseharian saya. Kadang saya mudah sekali tertekan akibat
perasaan bosan yang parah—terutama karena kurangnya me-time, yang pada gilirannya mendorong amarah saya ke permukaan.
Tak jarang saya dan istri bertengkar mengenai hal-hal sepele, yang seharusnya
tidak perlu dipertengkarkan.
Puji Tuhan,
saya memiliki mukjizat Latihan Kejiwaan. Di saat-saat tertekan, saya pun “lari”
ke Latihan atau sekadar menenangkan diri di kamar saya. Latihan membantu saya
meredakan emosi-emosi negatif atau suasana hati yang buruk (bad mood).
Terus
terang, kadang saya marah pada Tuhan dengan adanya keadaan tidak mengenakkan
akibat pandemi yang disebabkan virus Corona. Saya maki-maki Dia, dan bertekad
tidak mau lagi percaya padaNya. Tapi toh
Latihan kemudian “menyela” dan saya dibawa kembali ke keadaan pasrah dengan
sabar, tawakal, dan ikhlas.
Banyak hal
yang saya pelajari dari keberadaan diri saya “berkat” pandemi COVID-19 ini.
Saya tidak dapat menguraikan semuanya, tapi yang jelas saya bersyukur bahwa
Latihan Kejiwaan tetap eksis membimbing saya melalui semua ini. Bila
perasaan-perasaan tertekan, kecewa, marah, atau bingung masih juga menghampiri
saya, ya wajarlah—karena saya kan
manusia yang punya hati dan akal pikir serta nafsu yang selalu menunggangi
keduanya. Tapi perasaan-perasaan ini tidak bertahan lama. Energi Latihan atau
vibrasi kontak yang berkelanjutan dengan kekuasaan Tuhan membantu saya
membereskannya. Puji Tuhan atas Latihan Kejiwaan!
Semoga
pandemi ini segera berakhir, dan kita semua terlahir kembali sebagai manusia
yang terbarui dalam pikiran dan perasaan, dalam perkataan dan perbuatan. Amin.©2020
GPR 3, Tangerang Selatan, 2 Mei 2020, pukul 23.25 WIB
No comments:
Post a Comment