“Demikian
sehingga dalam suasana kejiwaan dapat bantu-membantu, karena kejiwaan adalah
sesuatu yang tidak dapat ditutup. Sehingga, meskipun berjauhan tempat, tetapi
selalu dapat berhubungan.”
—Cuplikan ceramah Bapak Subuh di
Briarcliff, New York, Amerika Serikat, 9 Juli 1963
SATU
hal yang menurut saya unik di Perkumpulan Persaudaraan Kejiwaan Susila Budhi
Dharma (PPK Subud) adalah kenyataan bahwa kebersamaan tidak melulu harus
ditandai dengan kedekatan raga. Bersama, meskipun dalam jarak yang jauh, pun
bukan sesuatu yang tidak mungkin.
Jiwa tidak dibatasi ruang dan waktu. Persis eksistensi keilahian
yang diyakini berada di luar dinding-dinding ruang dan waktu. Melalui jiwa, kita
dapat terhubung, merasakan “kehadiran” atau sebuah keberadaan dari orang yang
ada di lintasan jarak dari titik di mana kita berada. Hal ini dapat dialami
para anggota Subud setiap bulan melalui Latihan Dunia. Latihan Dunia adalah
Latihan Kejiwaan yang dilakukan semua anggota Subud di mana pun berada pada
satu ketetapan waktu, yang disesuaikan dengan masing-masing negara dan/atau
daerah di mana anggota berada.
Selain Latihan Dunia, Latihan bersama (group Latihan) dapat dilakukan oleh anggota yang terpisah secara
jarak dari cabang asalnya. Misalnya, saya; saya berasal dari Cabang Surabaya.
Andaikata saya berada di sebuah daerah yang jauh dari cabang, ranting, kelompok
Subud atau pembantu pelatih atau anggota Subud lainnya, saya dapat menjadi
bagian dari kebersamaan jiwa melalui Latihan yang saya lakukan di tempat saya
berada sesuai waktu Latihan di Hall Latihan Surabaya. Menurut pengalaman, saya
tetap merasakan kedekatan meskipun secara raga saya jauh dari saudara-saudara
Subud di Cabang Surabaya.
Pandemi Corona Virus
Disease (COVID-19) telah mengakhiri untuk sementara budaya kedekatan secara
raga, dengan pemberlakuan penjarakan sosial (social distancing) atau fisik (physical
distancing). Pertemuan-pertemuan massal dilarang, untuk mencegah penularan
penyakit yang disebabkan oleh virus Corona. Dampaknya, rumah-rumah ibadah
menutup pintunya bagi pelaksanaan sembahyang yang mengikutsertakan banyak
orang, yang berpotensi mempersempit jarak raga antara satu umat dengan umat
lainnya. Karena itu, shalat Jumat, shalat Tarawih di bulan Ramadhan seperti
saat ini, atau shalat-shalat berjamaah lainnya di masjid, ditiadakan untuk
alasan menghentikan matarantai penyebaran virus Corona.
Tak pelak, umat Islam pun gerah, gelisah, marah. Sebagian tetap ngotot shalat berjamaah di masjid, yang
menyebabkan adanya peningkatan jumlah penderita COVID-19. Belum pernah terjadi,
umat Islam, khususnya, dilarang beribadah di rumah ibadah komunal mereka.
Apalagi di Indonesia yang merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di
dunia. Mekkah saja ditutup selama pandemi ini; kegiatan umroh ditiadakan,
Masjidil Haram ditutup dan didekontaminasi.
Kegelisahan
semacam ini, sebaliknya, tidak terjadi di PPK Subud. Karena hakikatnya jiwa tak
terbatas ruang dan waktu, dan gelombang vibrasi Latihan dapat melintasi
batas-batas antar lokasi yang berjauhan, sebagai jalan keluar dari keharusan hall-hall Latihan di semua cabang,
ranting, dan kelompok Subud se-Indonesia di-lockdown,
para anggota tetap dapat melakukan Latihan Bersama Berjarak (group distant Latihan), yaitu Latihan
yang diikuti banyak anggota pada waktu yang telah disepakati bersama, namun
masing-masing anggota berada di rumahnya sendiri-sendiri.
Grup-grup WhatsApp atau WAG (WhatsApp
Group) yang mengakomodasi anggota Subud untuk LBB (ada juga yang
menyebutnya “Latihan Bersama Jarak Jauh” atau LBJJ) pun bermunculan, baik yang
diinisiasi anggota di luar negeri maupun oleh anggota Subud Indonesia. Saya
sendiri pernah ikut WAG Latihan Never
Locks Down, yang dibuat oleh anggota dari Subud Belgia, Guillaume Sanchez;
WAG 22.00WIB, sebuah grup WA yang menampung anggota Subud Indonesia yang LBB
setiap hari jam 22.00 WIB; dan Grup Buat Ngopi-Ngopi Jarak Jauh. Saya sudah
keluar dari Latihan Never Locks Down
dan 22.00WIB, hanya karena LBB tidak perlu setiap saat diinformasikan melalui
pesan WhatsApp, sebagaimana yang justru dilakukan oleh kedua grup itu. Yang
penting, kita menyesuaikan dengan waktu yang disepakati.
Bagaimanapun,
anggota yang tergabung dalam WAG tidak wajib LBB; ada yang ikut setiap malam,
ada pula—saya, contohnya—yang LBB hanya pada hari-hari Latihan di cabang
dan/atau kelompok mereka normalnya berlatih kejiwaan.
Pandemi COVID-19 telah menciptakan situasi yang tidak biasa bagi
banyak orang, tetapi seharusnya tidak perlu mengalami gegar budaya karenanya.
Kalau kita senantiasa sabar, tawakal, dan ikhlas menerima bimbingan Tuhan Yang
Maha Esa, maka jika Tuhan menghendaki takkan ada yang bisa mencegah kita dari
melakukan hal-hal yang biasa kita lakukan.©2020
GPR 3, Tangerang Selatan, 4 Mei 2020
No comments:
Post a Comment