TIKUS menjadi ancaman nyata bagi
pertanian, terutama musim tanam kedua. Dari pengalaman, tikus bukan hanya makan
padi. Cabai pedas dan batang pohon tembakau yang pahit pun mereka sikat. Jenis
tikus yang sangat membantu adalah pithi,
berukuran dua kali jempol tangan orang dewasa atau hamster. Berbulu kelabu
gelap, telinga lebar, dan ekor panjang melebihi tubuh. Tikus jenis ini sangat
rakus. Tikus sawah lebih besar tetapi tidak serakus pithi.
“Sejak ada rubuha,” kata Pak Kardiman,
orang yang bertanggung jawab untuk pembuatan rubuha di Poktan “Boga Tani”,
“serangan hama tikus berkurang. Hasil panen meningkat dua kali lipat, baik padi
maupun palawija. Mungkin mendengar suara dares
saja tikus sudah takut.”
Cerita tentang kiprah Kelompok Tani
“Boga Tani” melestarikan burung hantu Tyto
alba membawa saya ke Dukuh Klurahan, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan
Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Kampung yang berjarak sekitar 14
kilometer dari Kota Solo ini menjadi contoh sukses pemanfaatan burung hantu
jenis Tyto alba, si pemberantas
tikus. Burung hantu sekaligus mengubah Dukuh Klurahan yang dahulu tertinggal
pengelolaan pertanian dan lingkungannya menjadi desa wisata.
“Keunikan Dukuh ini adalah letak persawahannya
yang di wilayah kota. Ini kan kecamatan
kota Sukoharjo. Sawahnya masih produktif dengan irigasi yang bagus,” kata Pak
Kardiman dengan bangga.©2020
Pondok
Cabe III, Tangerang Selatan, 30 Maret 2020
No comments:
Post a Comment