Thursday, January 2, 2025

Pegangan

 


NUANSA barusan mengambil sebuah kitab mungil di antara tumpukan majalah dan dokumen lama di lemari dan menunjukkannya ke saya sambil bertanya, “Ini apa, Papoy?”

“Itu Qur’an. Dari bos Papoy dulu di Surabaya, oleh-oleh haji,” kata saya.

Saya kemudian teringat cerita konyol di balik keberadaan kitab Qur’an kecil ini. Jadi, beberapa bulan setelah saya dibuka di Wisma Subud Surabaya, saya berjumpa lagi dengan mantan bos, Pak JPB namanya (meninggal 5 Mei 2019 akibat tabrak lari saat beliau bersepeda rutin di Jl. Panjangjiwo, Surabaya). Sepulang berhaji, Pak JPB membawa oleh-oleh kitab Qur’an dalam tiga ukuran—besar, sedang dan kecil. Sejak pulang dari Tanah Suci, beliau merasa paling saleh dan meledek saya yang beliau lihat tidak pernah salat padahal sebelumnya (ketika saya masih kerja di perusahaan beliau tahun 2000-2002) saya rajin salat.

“Qur’an ini peganganku, Tok,” kata beliau saat saya datang ke kantor beliau tahun 2004, setelah kami tak sengaja bersua kembali di jalan (dari arah mobil yang beliau kendarai, beliau melihat saya sedang berdiri di depan kantor Air Api Communications, biro iklan milik Heru Iman Sayudi, pembantu pelatih Subud Cabang Surabaya, di Jl. Raya Manyar, Surabaya). Beliau mengundang saya ke kantor beliau, perusahaan tempat saya bekerja sejak pindah ke Surabaya, karena beliau ingin menawari saya untuk kembali bekerja padanya, kali ini dengan posisi sebagai Managing Partner.                     

Dalam obrolan kami, beliau mengatakan, “Aku dengar kamu ikut Subud ya? Aliran apa itu, Tok? Kalau ndak jelas, ngapain kamu ikut? Mending Islam saja. Rajin salat dan baca Qur’an. Koyok aku, Tok, baca Qur’an memberi aku ketenangan.”

Saya cuma menanggapi dengan senyum saja, tidak berusaha membela diri. Biar saja beliau mencibiri saya. Beliau kemudian menyodorkan kitab Qur’an kecil itu. “Ambil ini, Tok, untuk kamu. Diwoco yo, ojo disimpan tok.”

Sebagai Managing Partner, saya tidak perlu tiap hari ke kantor. Saya hanya datang kalau ada klien atau Pak JPB mengajak meeting ke kantor klien. Suatu hari, beliau mengajak saya ke meeting di kantor klien. Berdua saja. Di mobil, beliau curhat mengenai penderitaan hidup yang berturut-turut datang kepada beliau dan selalu terkait uang—kehilangan 20 juta, ditipu 200 juta, dipinjam dua juta tidak balik. Saya usil membatin, “Itu akibatnya kalau mendua, jadi kehilangan uang selalu berangka dua!” (Beliau sudah beristri dan memiliki dua putri yang sudah remaja saat itu, tapi meniduri sekretarisnya bahkan terus saja minta jatah meski sekretarisnya sudah menikah.)

Saya balas menasihati beliau sambil cengengesan, “Pak, baca aja Qur’an, biar tenang.”

Beliau menoleh ke saya dengan tampang sebal, dan menyemprot saya, “Jancuuukkk kon! Ngledek aku yo?!”

Lhoo, Pak JPB sendiri kan bilang ke saya kapan hari, supaya baca Qur’an supaya tenang hidup saya. Saya sih cukup Subud aja, berserah diri, biar tenang,” kata saya sambil tertawa.©2025


Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 2 Januari 2024

No comments: