17 Januari 25 tahun yang lalu, saya mengawali karir periklanan saya di Surabaya. Hari itu hari pertama saya sebagai Senior Copywriter di biro iklan papan atas Surabaya, PT Aditya Lini Pariwara atau Adline Communications, beralamat di Jalan Jambi, di belakang kompleks RKZ (Roomsch Katholiek Ziekenhuis/Rumah Sakit Katolik Roma). Rumah sakit yang berdiri tahun 1925 itu sebenarnya bernama Rumah Sakit Katolik Saint Vincentius A. Paulo, tapi warga Surabaya lebih mengenalnya sebagai RKZ.
Jalan Jambi ini kerap dilanda banjir jika hujannya lebat. Saya pernah terpaksa bermalam di kantor lantaran banjir di depan kantor Adline sepinggang. Untungnya, banjir tidak sampai masuk ke dalam bangunan kantor karena letak bangunan lebih tinggi daripada jalan.
Sejumlah teman dari industri periklanan di Jakarta menyayangkan kepindahan saya ke Surabaya. “Apa sih yang lo cari?” tanya satu art director ke saya. Saat itu, saya mencari ketenangan. Hidup di kota kelahiran saya, Jakarta, sudah membuat saya jenuh dan gamang, sehingga saya ingin suasana baru. Saya memilih Surabaya, karena itu kota asal istri saya, dan banyak kerabatnya ada di kota itu.
Saya justru belajar lebih banyak di industri komunikasi Surabaya. Kalau di Jakarta, saya hanya menjalankan jobdesc sebagai copywriter, sedangkan di Surabaya, lantaran SDM-nya tergolong sedikit, saya harus melakoni sejumlah peran sekaligus: Copywriter, account executive, account planner (kelak strategic planner), creative director, dan bahkan “pemilik perusahaan”. Semuanya saya pelajari secara autodidak, dengan metode belajar sambil melakukan (learning by doing).
Kalau ada yang bisa disebut “guru”, tentu itu adalah bos saya, almarhum Pak Judo Purnomo Budi, yang kerap mencontohkan bagaimana melakukan sesuatu terkait pekerjaan di bidang periklanan. Oleh beliau, saya dipersilakan membaca semua buku di lemari buku di ruang kerja beliau di kantor Adline, yang saat itu sudah pindah ke Jl. Raya Tenggilis. Masih kuat di ingatan saya, dua buku pertama yang saya santap adalah The New Marketing Paradigm: Integrated Marketing Communications (1993) karya Don E. Schultz et al., dan Jack Trout The New Positioning (1997). Kedua buku tersebutlah yang “memalingkan pandangan” saya ke branding.
Pendek
kata, saya mengalami menjadi semua fungsi penting dalam perusahaan periklanan—sesuatu
yang bertahun-tahun kemudian menjadi amat berguna ketika saya memiliki
perusahaan sendiri, puji Tuhan. Dari sekadar menjauh dari kegamangan hidup di
Jakarta malah mendapat ilmu dan pengalaman berharga di Surabaya.©2025
Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 17 Januari 2025
No comments:
Post a Comment