Saya berdiri berhadapan dengan
Sinterklaas, yang membacakan surat yang saya kirim kepadanya. Dalam surat
tersebut, saya bertanya apakah Sinterklaas punya ayah dan ibu. Foto ini dibuat
pada Sinterklaasdag (Hari Sinterklaas), 5 Desember 1974. Saat itu, saya kelas 1
SD di Diamanthorst Lagere Basisschool,
Mariahoeve, Den Haag, Belanda.
Mariahoeve, Den Haag, Belanda.
DI Belanda, sudah merupakan tradisi
setiap tanggal 5 Desember dirayakan Hari Sinterklaas. Tokoh Sinterklaas berbeda
dengan Santa Claus yang datang pada hari Natal. Sinterklaas merupakan tokoh
yang benar-benar ada, bukaan rekaan. Ia dilegendakan oleh masyarakat, yang
bersumber pada Santo Nikolas, santo pelindung anak-anak. Nama lain untuk tokoh ini
termasuk De Sint (“Santo”), De Goede Sint (“Santo Baik”), dan De Goed Heiligman (“Orang Suci yang Baik”)
dalam bahasa Belanda; Saint Nicolas dalam bahasa Prancis; Sinteklaas di Westerlauwers
Fries (provinsi Friesland di Belanda); Sinterklaos di Limburg; Saint-Nikloi dalam
bahasa West Flemish; dan Kleeschen atau Zinniklos di Luksemburg.
Masih terpatri di ingatan saya, pesan
guru saya di sekolah Belanda tersebut, agar sebelum tidur di malam hari saya
menyiapkan sepatu saya yang telah diisi dengan rumput dan segelas air di
sebelah sepatu saya, yang saya letakkan di bawah tempat tidur. Rumput dan air
itu untuk kuda putih yang ditunggangi Sinterklaas yang datang ketika anak-anak
sedang tidur, bersama Zwarte Piet
(Piet Hitam), sosok orang berkulit hitam yang memikul karung goni besar berisi
aneka hadiah dan menenteng sapu lidi. Hadiah itu akan diletakkan di sebelah
sepatu yang ditaruh anak-anak di bawah ranjang mereka, bagi anak-anak yang
sepanjang tahun berbuat baik, tidak nakal; sedangkan sapu lidi dipakai Zwarte Piet buat memukul anak-anak yang
berkelakuan tidak baik dan malas.
Tokoh Sinterklaas dipercaya anak-anak
Belanda, Belgia, Prancis, Luksemburg dan sekitarnya berasal dari Spanyol, yang
datang ke negara mereka menumpang kapal. Karena itu, salah satu lagu
Sinterklaas dalam bahasa Belanda yang paling dikenal berlirik: “Zie ginds komt de stoomboot uit Spanje weer
aan | Hij brengt ons Sint Nicolaas,
ik zie hem al staan | Hoe huppelt zijn paardje het dek op en neer,
hoe waaien de wimpels al heen en al weer.”
(Lihatlah kapal uap di sana datang lagi dari Spanyol | Dia membawa kita Santo
Nikolas, aku sudah bisa melihatnya | Kudanya melompat-lompat di atas dek, dan
panji-panji berkibar.)
Sosok Sinterklaas ini didasarkan pada
tokoh bersejarah Santo Nikolas (270-343 Masehi), seorang uskup Yunani asal Myra
dari negeri yang sekarang disebut Turki. Lantas, mengapa dalam lagu di atas
disebutkan ia berasal dari Spanyol? Kemungkinan karena pada tahun 1087,
sebagian dari relik-relik Santo Nikolas diangkut ke kota Bari di Italia, yang
kelak menjadi bagian dari Kerajaan Napoli Spanyol. Ada juga pendapat bahwa
jeruk mandarin, yang secara tradisional merupakan hadiah dari Santo Nikolas,
membuat dirinya dikira berasal dari Spanyol.
Sinterklaas digambarkan sebagai pria
yang tua, berwibawa, dan serius, berambut dan berjenggot panjang. Ia mengenakan
jubah merah dan tongkat gembala keemasan dengan bagian atasnya melengkung indah.
Ia mengendarai kuda putih, yang di Belanda dinamai Amerigo, dan di Belgia “Slecht Weer Vandaag” (Cuaca Buruk Hari
Ini). Sinterklaas membawa sebuah buku besar berwarna merah yang di dalamnya
dituliskan apakah seorang anak berkelakuan baik atau buruk pada di sepanjang
tahun.
Sinterklaas
kabarnya merupakan sumber utama dari ikon Natal Santa Claus yang demikian
populer di Barat, terutama Amerika Serikat dan Kanada, tetapi telah mengalami
banyak pengurangan atribut asalnya, seperti kuda putih, Piet Hitam, Spanyol,
kapal uap, dan bahkan busana ala Santo Nikolas. Di Indonesia, salah kaprah
terbesar terjadi, dengan menamai ikon Natal Santa Claus sebagai Sinterklaas, dan
menghadirkan Piet Hitam dengan karung goni penuh hadiah.©2018
Jl. Kalibata Selatan II, Jakarta Selatan, 5 Desember 2018
No comments:
Post a Comment