Tuesday, May 27, 2025

Jiwa Sudah Tahu Lebih Dulu

SAYA mau berbagi pengalaman yang rada kocak berikut ini...

Saya berniat puasa sembilan hari (9H) mulai Senin kemarin, 26 Mei, hingga Selasa depan, 3 Juni. Saya biasa melakukan puasa 9H bila saya merasa diri saya sudah seperti “kapal pecah”—berantakan, kacau galau, dan lelah batin. Mengapa sembilan hari? Alasannya cukup konyol: Karena saya suka angka sembilan.

 

Dorongan untuk puasa 9H saya terima di tengah Latihan saya di Wisma Barata Pamulang pada hari Sabtu, 24 Mei, lalu, dan saya rasakan kemudian apakah ini nafsu belaka atau memang bimbingan. Saya mengetahui pastinya hanya setelah saya jalani.

 

Tiba-tiba semalam, saya kok merasa ingin meneruskan puasanya sampai Kamis, 5 Juni. Saya pun melakukan testing dan menerima bahwa saat ini diri saya bukan lagi “kapal pecah”, melainkan ibarat Bumi yang dihantam meteor raksasa, sehingga puasa 9H tidak cukup—saya harus menambah lagi jumlah harinya. Karena perasaan saya enak saat menjalankan puasa sejak Senin kemarin, maka saya tidak menolak “tawaran” untuk berpuasa sampai 5 Juni.

 

Baru sejam yang lalu saya diberitahu adik saya bahwa mulai 28 Mei sampai 5 Juni bagi kaum muslim dianjurkan untuk puasa sunah Dzulhijah. Informasi itu saya dapat setelah saya menolak ajakan kakak saya lewat WhatsApp Group (WAG) keluarga untuk mengisi long weekend besok (Kenaikan Isa Almasih 29 Mei dan cuti bersama dalam rangka Kenaikan Isa Almasih 30 Mei) dengan kemping. Saya menolak karena saya lagi puasa.

 

“Tumben kamu puasa Dzulhijah? Alhamdulillah, kamu sudah insaf,” komentar adik bungsu saya yang hajah. Saya tidak mau membahas lebih jauh lagi di WAG tersebut, karena siapa yang bakal bisa mengerti bahwa jiwa sudah tahu lebih dulu.©2025

 

 

Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 28 Mei 2025

No comments: