“TUA itu pasti, dewasa itu pilihan,” merupakan kutipan yang kerap berseliweran di grup-grup WhatsApp alumni sekolah-sekolah dimana saya pernah mengenyam pendidikan, baik di tingkat prasekolah, dasar, menengah dan tinggi.
Dan teman-teman saya, dengan kesadaran akan ke-tua-an mereka, cenderung melekatkan pada diri mereka persepsi tentang usia tua, yaitu penyakit(an), membekali diri menyambut akhir hayat, dan kemampuan fisik yang berkurang secara signifikan. Padahal penyakit, maut dan kemampuan fisik tidak ada hubungan dengan usia.
Usia memang konsep yang multifaset: secara biologis dan administratif (angka), usia adalah hitungan waktu sejak lahir yang memengaruhi kematangan fisik dan kognitif; tetapi secara psikologis, sosial, dan potensi, usia sering dianggap hanya konsep atau “angka” karena tidak sepenuhnya menentukan kemampuan, kebijaksanaan, atau kualitas hidup seseorang, yang lebih tergantung pada pola pikir, pengalaman, dan tindakan.
Saya mempelesetkan kutipan di atas menjadi “fisik menjadi tua itu pasti, tapi menjadi muda terus itu pikiran.”
Kalimat “Kamu akan menjadi seperti apa yang kamu pikirkan” (Buddha Gautama) atau “Hati-hati dengan apa yang kamu pikirkan, karena itu jadi kenyataanmu” (Plato), menegaskan bahwa pikiran kitalah yang akan membentuk realitas, tindakan, kebiasaan, karakter, bahkan takdir kita. Pikiran positif mengarah ke hasil positif dan pikiran negatif ke sebaliknya, melalui mekanisme psikologis seperti self-fulfilling prophecy, yang perlu dikelola dengan sadar agar hidup lebih baik dan sukses.
Pada dasarnya, kedua kalimat di atas adalah pengingat kuat bahwa kita memiliki kekuatan untuk mengubah hidup dengan mengendalikan dan mengarahkan kekuatan pikiran kita ke arah yang lebih positif dan produktif.
Pikiranlah yang terus-menerus membentuk persepsi kita tentang dunia, memengaruhi emosi, keputusan, dan tindakan sehari-hari. Pikiran → Tindakan → Kebiasaan → Karakter → Takdir, ini adalah alur logisnya. Apa yang kita pikirkan keluar jadi ucapan, lalu tindakan berulang menjadi kebiasaan, kebiasaan membentuk karakter, dan karakter menentukan takdir.
Keyakinan kita (misalnya, takut gagal) bisa memicu tindakan
yang justru menyebabkan kegagalan itu terjadi. Pikiran negatif dan stres bisa
melemahkan sistem kekebalan tubuh, sementara optimisme bisa memperkuatnya.©2025
Pondok Cabe Ilir,
Pamulang, Tangerang Selatan, 21 Desember 2025
No comments:
Post a Comment