Monday, April 21, 2025

Tingkatan Hati (Surat Prio Hartono Kepada Michael Rogge)

 




SAYA menemukan surat dua halaman yang ditulis tangan oleh Prio Hartono ini di buku memoar Michael Rogge, Leven Met Subud (Hidup Dengan Subud). Meskipun merupakan surat pribadi, isinya mengandung nasihat Bapak kepada anggota (dalam hal ini, Rogge) mengenai kejiwaan. Ijsbrand C. Rogge (atau Michael Rogge) adalah orang Barat pertama yang dibuka di luar Indonesia, oleh Husein Rofé. Hingga akhir hayatnya pada tahun 2023, pada usia 95 tahun, Rogge tinggal sendirian di apartemennya di luar kota Amsterdam, Belanda. Berkat hobinya dengan kamera foto dan film, ia telah menghasilkan dokumenter-dokumenter mengenai kehidupan Bapak dan tentang keadaan Indonesia pada umumnya.

 

Dengan bantuan kaca pembesar dan Optical Character Recognition (OCR) daring, saya dapat menyalin tulisan tangan yang sulit dibaca ini.

 

Isi suratnya:

 

Djakarta, 1 – 9 – ‘55

 

Kepada

Jth. Sdr. J.C. Rogge

di Nederland

Sdr. Rogge,

Baru sekaranglah kiranja saja berkesempatan menulis surat kepada sdr. Hal ini disebabkan karena udjian2 sekolah jg harus saja hadapi. Sjukurlah bahwa itu semua telah dapat saja atasi, dan pd tgl 8 Agustus jang lalu saja telah berhasil menamatkan peladjaran saja dgn mendapat gelar Meester in de Rechten. Malam ini kami sedang memperingati hari ke-40 wafatnya Mas Harjadi. Surat ini saja tulis setelah pulang berselamatan di Djl. Djawa.

Bagaimanakah keadaan Sdr. di Nederland? Mudah2an dalam keadaan sehat wal’afiat.

Pada tgl 19 Juni 1955 saja telah dianugerahi lagi seorang Putera, dan oleh Pak Soeboeh diberi nama Handojo.

Bagaimanakah halnja dengan latihan kedjiwaan Sdr.?

Setelah selesai beladjar, saja merasa lebih madju dalam latihan saja.

Pada malam saja hampir menjelesaikan peladjaran saja, Pak Soeboeh ada memberi keterangan [kurang lebih] sebagai berikut:

“Nak Hartono ini sedang mengalami krisis/udjian. Pada waktu ini nak sedang dalam phase “hati pinter”; peladjaran jg mestinja diselesaikan dalam 5 bulan, dapat difahaminja dalam waktu 2 minggu. Tetapi bagus hal jg demikian diterima dgn tenang sadja. Ada djuga orang jg lalu merasa sombong, mengaku pinter sendiri kalau menerima kepandaian jg demikian. Kalau orang mendjadi mabok karena kepandaiannja, sehingga melupakan “Jang memberi kepandaian” kepadanja, jaitu “Tuhan”, maka djatuhlah ia dalam udjiannja. Nak telah mengalami krisis demikian lebih dari 1 tahun. Krisis hati melalui 7 phasen, jaitu 1: Phase 'hati bodoh', 2: Phase 'hati bimbang', 3: Phase 'hati gembira', 4: Phase 'hati penelangsa' (sedih), 5: Phase 'hati pinter' (pandai), 6: Phase 'hati waspada' (tahu membedakan mana jg baik dan mana jg tidak, 7: Phase 'hati wening' = bersih, tidak ada siapa2 jg dipikirkan, melainkan Tuhan.”

Demikianlah keterangan Bapak jg mungkin perlu djuga sdr. ketahui. Kenjataan bahwa Bapak telah suka mengatakan demikian pada saja, menjebabkan saja mengambil kesimpulan bahwa udjian itu telah hampir selesai saja alami. Kesimpulan itu diperkuat lagi oleh kenjataan bahwa pada waktu saja mempeladjari mata peladjaran terachir, fikiran saja tidak setadjam lagi seperti pada waktu2 sebelum itu. Dan menurut theorie, setelah phase “hati pinter”, saja memasuki phase “hati waspada”; mudah2an sungguh demikian keadaannja.

Setelah selesai beladjar ini, oleh Pak Soeboeh saja diperintahkan untuk mengaso, karena meskipun badan saja telah sehat, tetapi belum mempunjai tjukup kekuatan untuk bekerdja setjara aktief. Saja telah mengadjukan permohonan pada Mahkamah Agung Republik Indonesia supaja dpt diangkat sebagai advocaat di Djakarta. Oleh Pak Soeboeh, nantinja saja akan ditempatkan sebagai penghubung (coordinator) dari usaha2 Subud jg nantinja akan digabungkan dalam suatu concern, dgn nama “Dharma Concern”. (Apakah sdr. djuga telah menerima surat edaran Pengurus Pusat mengenai usaha2 Subud?) dan pekerdjaan sebagai advocaat akan saja lakukan dgn sambil lalu, dus termasuk dalam urgensi ke-2. Sambil menunggu pengangkatan saja sebagai advocaat dan perintah2 Bapak lebih landjut, kini saja hanja mengerdjakan pekerdjaan Sekertariaat Pengurus Pusat, dan jg penting: terus-menerus latihan.

Surat ini meskipun bersifat privé, saja tulis diatas kertas resmi Pengurus Pusat, karena ada hubungannja dgn pembitjaraan kita di Djakarta dahulu. Bagaimanakah pendapat sdr. mengenai briefhoofd ini? Apakah sdr. masih berniat akan mentjetak briefhoofd Subud jg lebih baik di Nederland? Terutama matjam dan perbandingan (verbonding) huruf2nja saja rasa masih perlu diperbaiki.

Sekianlah dahulu, dan sampaikan salam saja untuk keluarga Rogge di Nederland.

Wassalam

[tanda tangan Prio Hartono]


No comments: