Monday, June 17, 2024

Sepanjang 15 Cabang

ADA sebuah ungkapan yang populer di kalangan anggota Subud Indonesia bahwa “kata-kata hanya membatasi rasa”. Kata-kata seringkali mendegradasi rasa sebuah pengalaman kejiwaan, sehingga kebanyakan anggota enggan bercerita kepada saudara Subudnya atau kepada pembantu pelatih karena khawatir getar pengalaman yang menggugah rasa akan sirna.

Bagaimanapun, saya akan tetap mencoba untuk bercerita melalui kata-kata—karena hanya itu sarana yang saya punya untuk menyampaikan pengalaman saya bersama empat saudara Subud Jakarta Selatan dan satu saudara Subud Bogor menempuh perjalanan sejauh 2.359,5 kilometer, mengunjungi 15 cabang yang tercakup dalam dua Komisariat Wilayah PPK Subud Indonesia.

Perjalanan “sepanjang 15 cabang” ini dilakukan oleh enam anggota, salah satunya adalah saya, yang terdiri dari lima pria dan satu wanita, mulai dari 9 Juni hingga 16 Juni 2024. Kami hanya anggota biasa, tidak ada yang berstatus pembantu pelatih, yang sedang mengemban tugas sebagai pengurus dari Subud Enterprise Services (SES) dan Subud International Cultural Association (SICA) Indonesia. Lamanya keberadaan masing-masing dari kami di Subud bervariasi, mulai dari 23 tahun hingga delapan bulan.

 


Satu-satunya anggota perempuan di antara kami adalah yang paling muda usianya, belum genap 19 tahun, dan baru dibuka pada Oktober 2023. Meskipun ia putri dari pasangan Subud, perjalanan kejiwaan sepanjang 15 cabang ini merupakan pengalaman pertamanya, dan tentunya cukup mengkhawatirkan bagi saya, mengingat tidak ada pembantu pelatih pendamping dalam rombongan kami. Saya khawatir terhadap perkembangan-perkembangan dramatis dalam dirinya, yang normalnya dialami anggota yang telah melakukan Latihan selama minimal lima tahun.

Apalagi selama perjalanan ini, kami selalu diundang untuk Latihan bersama di tiap cabang yang kami kunjungi. Dengan rata-rata dua cabang yang kami kunjungi setiap hari, tidak dapat dihindari kenyataan bahwa kami melakukan Latihan lebih dari sepuluh kali dalam seminggu. Terlalu melewati batas!

Tujuan dari kunjungan sepanjang 15 cabang ini adalah untuk mendiseminasi program kerja dari SES dan SICA Indonesia masa bakti 2023-2025. Program kerja yang berasaskan “Kebudayaan Hidup yang Dienterprisekan” ini rupanya memberi wawasan baru kepada para anggota, pengurus dan pembantu pelatih di tiap cabang. Betapa tidak, bagi kebanyakan anggota, pengurus maupun pembantu pelatih, “kebudayaan” semata diartikan sebagai “kegiatan seni untuk kesenangan” belaka, dan “enterprise” semata dipraktikkan sebagai kegiatan usaha berbasis keuntungan materi, yang melaluinya anggota “mencari uang”, alih-alih “dicari uang” sebagaimana yang kerap dinasihatkan Bapak.


Karena menganggapnya “baru” dan menjadi pembuka mata, para anggota, pengurus dan pembantu pelatih dari sebagian besar cabang yang kami kunjungi menyambut kunjungan pengurus SES dan SICA Indonesia ini dengan gembira dan antusias. Mereka bahkan menyatakan akan mengawal program ini hingga tersebar luas ke cabang-cabang lainnya yang belum kami kunjungi.

Ada sembilan cabang di Komisariat Wilayah 5 (Jawa Tengah dan Yogyakarta: Batang, Jepara, Semarang, Surakarta, Sleman, Kota Yogya, Kulonprogo, Temanggung dan Purwokerto), dan enam cabang di Komisariat Wilayah 6 (Jawa Timur: Madiun, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Probolinggo dan Malang) yang dikunjungi The Six Pack (sebutan pribadi saya untuk enam pengurus SES dan SICA Indonesia yang menempuh perjalanan sepanjang 15 cabang itu). Di Wilayah 5 sendiri sebenarnya ada 14 cabang (dan sembilan ranting serta satu kelompok), tapi kami menyeleksi sembilan cabang di antaranya berdasarkan informasi bahwa cabang-cabang itu sebelumnya telah melakukan kegiatan-kegiatan budaya dan (berpotensi) mengimplementasi enterprise cabang (bukan enterprise anggota cabang) yang ke depannya diharapkan dapat mandiri dalam menyokong kegiatan cabang, tidak lagi bergantung pada donasi atau dana dari pengurus nasional Subud Indonesia atau pihak-pihak lainnya.

Perjalanan kami berkembang menjadi perjalanan yang sarat pengalaman dengan Latihan. Tubuh fisik kami yang normalnya akan cepat lelah malah sebaliknya bertahan kuat dan mantap—vibrasi Latihan terasa terus-menerus! Sepanjang perjalanan, dalam mobil yang menyisakan sedikit ruangan untuk bergerak leluasa, karena memang berkapasitas enam penumpang, satu-satunya yang terasa sakit hanyalah perut kami. Itupun lantaran kami terlalu banyak tertawa. Tidak ada momen mengobrol yang berlalu tanpa canda dan tawa, dan itu membuat segala tantangan yang kami hadapi di perjalanan terasa ringan.


Perjalanan sepanjang 15 cabang ini telah mengubah masing-masing dari enam anggota yang melakukannya, sesuai dengan keadaan diri kami ketika kami mengawali perjalanan ini. Terlepas dari “krisis sesaat” akibat terlalu banyak Latihan dalam seminggu, kami mensyukuri kami telah melakukannya dan memetik mutiara-mutiara pembelajaran yang bernilai darinya.©2024

 

Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 18 Juni 202

No comments: