Senyum yang selalu menghias rias cantikmu
di kala hidup sedang sendu
membuatku bertanya:
Bolehkah aku mencintaimu?
Makhkota indahmu yang lurus tergerai melambai
tertiup angin yang membuai
saat langit tak ingin membiru,
membuatku bertanya:
Bolehkah aku mencintaimu?
Langkah-langkah kecil yang dibuat kaki-kaki lencir
membawa serta bersamamu hembusan semilir
Sehelai kabar tentang sejuk di hatimu,
meski mawar sedang enggan merekah
Dan surya yang tak bawa berkah,
memendar sinar rada jemu
yang membuatku bertanya:
Bolehkah aku mencintaimu?
Dirimu yang sering bisu
membuat lidahku kelu saat mau bicara rindu
Doa dalam hati yang membeku karena malu
berpadu dengan tanya:
Bolehkah aku mencintaimu?
Kepadamu tak patut kata yang pasti,
tak ada tanya dengan jawab abadi
Aku bertekuk dalam sembah serendah hati
yang menyerah tunduk, meraih dirimu
yang meralat tanyaku:
Maukah kau mencintaiku
walau kasihku juga ada dalam derita,
dalam payah dan duka,
dalam hidup yang enggan ceria?
Permenungan jam 3 pagi -- Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, 29 April 2010
No comments:
Post a Comment