HARI Minggu siang, 1
Juni 2025, di teras Rumah Wing Bodies, kompleks Wisma Subud Cilandak No. 22C,
saya menguping obrolan di antara tiga saudara Subud. Salah satu dari mereka berkata,
“Kalau Bapak begitu hebat kejiwaannya ya karena penderitaan hidup Bapak juga
berat. Kita nggak mampu deh!”
Saya tiba-tiba menerima
bimbingan untuk ikut bicara, “Tanpa mengurangi hormat saya kepada Bapak, saya
rasa penderitaan hidup kita sekarang jauuuuuuhh lebih berat, Bro. Dulu, zaman
Hindia Belanda, penderitaan orang palingan soal ekonomi. Sekarang? Penderitaan
kita... kita digempur daya-daya dari medsos, dunia maya. Kita digempur setiap
detik dari setiap hari kita, Bro. Yang seharusnya bukan masalah kita malah jadi
masalah kita. Seberat-beratnya tekanan yang dialami Bapak di zaman Hindia
Belanda, saya yakin masih keras tekanan yang kita alami zaman ini, Bro.”
Ketiga saudara Subud itu
melongo tetapi lantas mengiyakan. Saya kemudian berceloteh tentang bahwa Bapak
sendiri mengatakan bahwa Latihan Kejiwaan diturunkan di abad ke-20 karena
manusia abad ini dan abad-abad selanjutnya mengalami penderitaan yang jauh
lebih berat dan makin berat. Penderitaan-penderitaan yang disebabkan oleh
ciptaan manusia sendiri. Dan solusi untuk membantu manusia keluar dari
penderitaan jenis ini adalah Latihan Kejiwaan.
Saya cuplik salah satu
ceramah Bapak yang mengutarakan hal itu—ceramah Bapak di Buenos Aires,
Argentina, 9 Agustus 1969 (69 BUE 1)—sebagai berikut:
“Latihan Kejiwaan Subud adalah sifatnya penerimaan; yang
demikian itu telah menjadi kehendak Tuhan. Ya, Bapak dapat mengatakan demikian,
karena menurut apa yang telah Bapak terima dalam Latihan Kejiwaan, bahwa dengan
kemajuan hati dan pikiran manusia—yang sekarang ini nampaknya makin meluasnya,
makin majunya akal-pikiran manusia—sehingga hampir-hampir mengabaikan,
hampir-hampir melupakan kebaktiannya terhadap Tuhan yang sebenar-benarnya. Dan
ada rasa yang tidak begitu mementingkan dikarenakan terdesak oleh pengaruh dunia,
sehingga terpaksa kepercayaan pada Tuhan menjadi tipis. Dan karena itulah, maka
Bapak katakan, telah menjadi kehendak Tuhan, bahwa pada zaman ini diturunkan
suatu jalan, sesuatu jalan yang dipimpin dan dibimbing oleh… (tidak
terdengar).
Karena tiada kesempatan bagi
manusia – apabila manusia itu dengan sendiri menghendaki ketenteraman hati dan
pikiran – karena hati dan pikirannya telah menjadi begitu rupa, sehingga tidak
mungkin, tidak mudah dapat menenteramkan hati dan pikiran. Memang,
saudara-saudara sekalian, sangat berat pengaruh nafsu, pengaruh suasana
dunia yang memengaruhi hati dan pikiran manusia, sehingga benar-benar nampak
pengaruh nafsu dan pengaruh dunia yang telah memengaruhi pikiran
manusia, telah meresap dalam diri manusia. Sehingga dapat dikatakan, apabila
manusia ditinggal, dihindari pengaruh nafsu dunia, yang ada di dalam
dirinya, seketika bisa jadi mati.”
©2025
Pondok Cabe,
Tangerang Selatan, 5 Juni 2025
No comments:
Post a Comment