SAYA suka masakan Timur Tengah—selama tidak mengandung daging selain sapi dan ayam. Saya atribusikan kesukaan saya itu pada ibu saya, seorang wanita kelahiran Aceh yang dari garis ayahnya memiliki darah Persia, Irak dan Gujarat (di pesisir barat India yang berbatasan dengan Pakistan). Dengan demikian, sejak kecil lidah saya sudah dilatih untuk mengecap bahan dan bumbu masakan Timur Tengah, namun yang telah berakulturasi dengan budaya kuliner Nusantara, terutama Jawa.
Menikah dengan istri saya yang Arek Suroboyo dengan campuran hawa Jawa Tengah dan Jawa Timur, pengalaman alat pengecap saya semakin kaya, apalagi melalui kuliner khas kawasan Gerbangkertosusila (akronim dari Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan) yang bumbunya terasa kuat. Apalagi istri memiliki bakat mengakulturasi berbagai budaya citarasa, yang dengan itu ia mampu membuat aneka bumbu khas suatu daerah/negara saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Dalam proses memasaknya citarasa asli tidak
sepenuhnya hilang, tetapi unsur-unsur citarasa baru diserap dan diintegrasikan
ke dalam citarasa yang sudah ada. Bertambah istimewa karena istri selalu
terbimbing Latihan Kejiwaan saat memasak.
![]() |
Nasi Kebuli Nuna Cooking +6281553832006 |
![]() |
Nasi Daun Jeruk Nuna Cooking +6281553832006 |
Itulah yang saya rasakan pada masakan istri
saya, di antaranya pada Nasi Kebuli dan Nasi Daun Jeruk ini. Saya hanya bisa
bilang: “Ini lezat banget, citarasanya membuat saya merasakan konektivitas
keberadaan saya saat ini dengan ruh leluhur saya di Persia, Irak, dan Gujarat,
maupun yang di Nusantara.”©2025
Pondok Cabe,
Tangerang Selatan, 16 Juni 2025
No comments:
Post a Comment