PENGALAMAN kejiwaan ini saya lalui
tahun 2014 hingga 2015 lalu. Pengalaman menakjubkan yang saya terima sebagai
penulis buku yang mengungkapkan peran Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan
Laut dalam Operasi Seroja di Timor Timur, 7 Desember 1975.
Permintaan kepada saya untuk menjadi
penulis buku tersebut berasal dari sebuah firma kehumasan yang digawangi antara
lain oleh senior saya di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia
(FSUI). Permintaan kepada saya saja sudah merupakan pengalaman yang ajaib.
Pasalnya, firma kehumasan itu sebelumnya sudah menawarkan kepada tiga penulis
lainnya, tetapi mereka menolak dengan alasan yang sama: Segala sesuatu terkait
Operasi Seroja di Timor Timur masih diselimuti kabut misteri yang begitu tebalnya
hingga membuat mereka berpikir bahwa mereka takkan bisa menembusnya, sehingga
penulisan buku itu akhirnya akan mengalami kegagalan.
Senior saya di firma kehumasan
tersebut pun akhirnya mengontak Program Studi (Prodi) Sejarah Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia atau FIBUI (penerus FSUI setelah tahun
2002). Pihak Prodi Sejarah merekomendasikan nama saya, karena dalam daftar
alumni Jurusan Sejarah FSUI hanya saya yang pernah menulis skripsi tentang
sejarah perang dan strategi. Jadilah saya penulis buku yang disponsori Dinas
Penerangan Markas Besar TNI AL c.q. Sub Dinas Sejarah (Disjarah) TNI AL
tersebut.
Yang membuat saya tidak menolak
tawaran tersebut, seperti halnya tiga penulis sebelum saya, adalah karena
sebagai orang yang sudah menerima Latihan Kejiwaan saya harus senantiasa sabar,
tawakal, dan ikhlas menghadapi tantangan-tantangan yang menanti di muka. Di
benak saya selalu terngiang-ngiang perkataan penerima wahyu Latihan Kejiwaan
dan pendiri Perkumpulan Persaudaraan Kejiwaan Susila Budhi Dharma (PPK SUBUD)
Indonesia, RM Muhammad Subuh Sumohadiwidjojo: “Jika Tuhan menghendaki, tidak
ada yang tidak mungkin.”
Selanjutnya, selama pengerjaan buku
tersebut saya dihadapkan pada keajaiban-keajaiban yang sulit dicerna akal.
Informasi-informasi berharga “mendatangi” saya, mulai dari hasil googling sampai yang digali oleh tim
pengumpulan data. Yang aneh, via Google saya dapat mengakses file pembicaraan rahasia antara para
petinggi militer Indonesia mengenai rencana pendaratan pasukan TNI di Dili,
Timor Timur, yang di kemudian hari, setelah bukunya terbit, tidak dapat diakses
lagi (404 Page Not Found Error).
Dengan pertolongan Tuhan dan bimbinganNya yang saya terima dari Latihan
Kejiwaan yang terus-menerus mengisi diri saya, berangsur-angsur kabut misteri
itu tersingkap, mengungkapkan berbagai informasi (yang tadinya) rahasia
mengenai perencanaan dan pelaksanaan Operasi Seroja.
Keajaiban yang terakhir dalam proses
pengerjaan buku tersebut adalah ketika pihak Disjarah TNI AL menghendaki
dilampirinya oleat (atau map overlay,
yaitu peta operasi yang dilengkapi dengan laporan gerakan kapal-kapal pendukung)
dari armada kapal TNI AL yang mendukung pendaratan pasukan Marinir TNI AL sehubungan
dengan Operasi Seroja. Masalahnya, menurut informasi yang diperoleh tim
pengumpul data, oleat tersebut masih berstatus Sangat Rahasia, dan terdapat di
pusat arsip Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemenhan RI), yang dikepalai
seorang mayor dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Kembali saya hanya menyerahkan diri
kepada bimbinganNya. Dan, lagi-lagi, jalan saya dipermudah. Usut punya usut,
mayor Kopassus yang mengepalai pusat arsip Kemenhan RI adalah alumnus FSUI yang
rupanya mengenal saya (tapi saya tidak ingat dia). Dan dengan alasan bahwa saya
adalah penulis buku, yang dia percaya dapat mempertanggungjawabkan penggunaan
oleat tersebut, dia mengizinkan oleat tersebut didesain ulang visualnya dan
dilampirkan pada buku yang saya tulis tersebut. Puji Tuhan!
Pengalaman ini menjadi bukti bagi saya bahwa Tuhan selalu bekerja membimbing ciptaanNya, dan juga menjadi pelajaran bagi saya agar tidak serta-merta menolak pekerjaan yang ditawarkan kepada saya, hanya karena alasan saya tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman terkait pekerjaan tersebut, dan agar saya tidak mudah menyerah terhadap kesulitan-kesulitan yang menyertai suatu pekerjaan.©2019
Pengalaman ini menjadi bukti bagi saya bahwa Tuhan selalu bekerja membimbing ciptaanNya, dan juga menjadi pelajaran bagi saya agar tidak serta-merta menolak pekerjaan yang ditawarkan kepada saya, hanya karena alasan saya tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman terkait pekerjaan tersebut, dan agar saya tidak mudah menyerah terhadap kesulitan-kesulitan yang menyertai suatu pekerjaan.©2019
Jl.
Pondok Cabe III Gang Buntu, Jakarta Selatan, 19 Maret 2019
No comments:
Post a Comment