Tak semua tahu, cinta itu namaNya
yang bertakhta di hati semua
CintaNya adalah yang paling sempurna
yang hinggap pada hamba yang menggelembungkan hatinya
ketika ia haus dan berputus asa
untuk bertemu dengan Kekasihnya
Cinta adalah kepedulian yang paling tinggi dari hati
Yang membuat sang pecinta tidak akan menjauh dari mengingat kekasihnya
Berkatalah Rabi’ah* padaku, “Orang-orang arif menempatkan hati dalam cahaya cintaNya”
Lalu kenapa ketika cinta menautkan hati-hati
yang meresah untuk membagi mesra,
tak ayal disangka berahi yang membara?
Lalu kenapa kala cinta merias hidup laki-laki dan perempuan
yang tak dialasi hasrat untuk menang,
juga dianggap terlarang?
Aku pun malu memandang wajahMu
manakala Kau seluruhnya adalah cinta,
lantaran cinta kepalang dipandang nafsu
Cinta memang membingungkan
Yaitu tatkala cinta ditafsir dengan akal budi
Bukan diizinkan pepat di hati dua insan yang menggenggam suci…
Lalu kenapa ketika cinta menautkan hati-hati
yang meresah untuk membagi mesra,
tak ayal disangka berahi yang membara?
Lalu kenapa kala cinta merias hidup laki-laki dan perempuan
yang tak dialasi hasrat untuk menang,
juga dianggap terlarang?
Aku pun malu memandang wajahMu
manakala Kau seluruhnya adalah cinta,
lantaran cinta kepalang dipandang nafsu
Cinta memang membingungkan
Yaitu tatkala cinta ditafsir dengan akal budi
Bukan diizinkan pepat di hati dua insan yang menggenggam suci…
Jakarta, 4 April 2010
*) Rabi’ah al-Adawiyah (717-801 M) adalah seorang Sufi perempuan kelahiran Basrah, Irak, yang pertama kali mengemukakan ajaran tentang Cinta Ilahi. Filsafatnya sangat memengaruhi Sufi Persia abad ke-13, Jalaluddin Rumi.
*) Rabi’ah al-Adawiyah (717-801 M) adalah seorang Sufi perempuan kelahiran Basrah, Irak, yang pertama kali mengemukakan ajaran tentang Cinta Ilahi. Filsafatnya sangat memengaruhi Sufi Persia abad ke-13, Jalaluddin Rumi.
No comments:
Post a Comment