Menuntunku ke jalan cinta tanpa tabir,
meniadakan kekhawatiran karena kau adalah yang pertama dan terakhir
Sirna takutku akan kebutaan
sebab daya rida yang pada mata duniaku kau isikan
Cahaya keemasan,
datanglah padaku, rangkul aku dengan biru bajumu dan tawa pesona menggelora
Yang telah jadi ingatan abadiku tentang pancaran Cinta
Kau tuntun aku ke mana, ku serahkan padamu, karena kaulah pemilik cahaya --
Suar segala penjuru yang memandu
perahu-perahu tak berpedoman yang meraba rangkak tak menentu
datanglah padaku, rangkul aku dengan biru bajumu dan tawa pesona menggelora
Yang telah jadi ingatan abadiku tentang pancaran Cinta
Kau tuntun aku ke mana, ku serahkan padamu, karena kaulah pemilik cahaya --
Suar segala penjuru yang memandu
perahu-perahu tak berpedoman yang meraba rangkak tak menentu
Cahaya kecil di dunia besarku
Menyilaukan mata hatiku yang telah takluk oleh benda
Cahaya kecil di dunia besarku,
dalam diam kau berkata-kata
Sedang bagiku tak ada kalimat yang cukup untuk puji-puja
Karena itu, aku memilih diam,
meningkahi diri dalam hening yang tenggelam
Keheningan yang memercikkanmu di sudut sepi kontemplasiku...
Menyilaukan mata hatiku yang telah takluk oleh benda
Cahaya kecil di dunia besarku,
dalam diam kau berkata-kata
Sedang bagiku tak ada kalimat yang cukup untuk puji-puja
Karena itu, aku memilih diam,
meningkahi diri dalam hening yang tenggelam
Keheningan yang memercikkanmu di sudut sepi kontemplasiku...
Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, 20 April 2010, pukul 4.25 WIB
No comments:
Post a Comment