Sunday, May 5, 2024

Dokter-Dokter yang Tidak Biasa

BEBERAPA kali saya mengikuti testing dari Ibu Rahayu ada pertanyaan “Bagaimana jika saudara menjadi dokter?”

Saya tidak pernah menerima apa pun terkait hal itu, sehingga selama testing di pertanyaan itu saya hanya berdiri memandangi tingkah saudara-saudara Subud yang bukan dokter tapi gerak-geriknya menggambarkan pekerjaan seorang dokter sebagaimana biasanya: Memeriksa dengan stetoskop dan/atau menyuntik.

Lama-kelamaan, karena setiap kali testing dengan pertanyaan “Bagaimana jika saudara menjadi dokter?” dan ekspresi fisik para anggota selalu sama (memeriksa dengan stetoskop dan/atau menyuntik), saya menyimpulkan bahwa mereka sejatinya terpengaruh oleh persepsi mengenai pekerjaan dokter yang biasa, dan tidak bergerak karena bimbingan jiwa.

Mengapa saya menyimpulkan begitu? Karena saya tahu benar para dokter yang telah menerima Latihan Kejiwaan tidak lagi “biasa-biasa saja”. Mereka menjadi dokter yang luar biasa dengan cara penanganan pasien yang berbeda daripada umumnya, yang bahkan mungkin tidak diajarkan di fakultas kedokteran.

Saya mengenal sejumlah anggota Subud Indonesia yang berprofesi dokter. Di cabang asal saya, Surabaya di Jawa Timur, saja pernah ada delapan anggota yang berprofesi dokter—dokter umum maupun spesialis. Masing-masing menceritakan pengalaman kejiwaan mereka saat menangani pasien, dan tidak ada satupun dari pengalaman itu melibatkan gerakan memeriksa dengan stetoskop dan/atau menyuntik.

Saya saksikan dengan tercengang bagaimana seorang dokter, yang datang ke hall untuk Latihan, didekati satu anggota yang ingin berkonsultasi. Si anggota menceritakan keluhannya perihal keadaan tidak enak di anggota tubuhnya. Mata si dokter bergerak seperti sedang melarik tubuh si anggota, tak sekalipun menyentuhnya, dan kemudian berkata bahwa si anggota menderita sakit ini dan itu. Tanpa dibarengi menulis resep si dokter Subud mengeluarkan satu strip pil dari saku kemejanya dan memberikannya kepada si anggota. “Minum satu setelah makan, kamu akan cepat sembuh. Serahkan pada Tuhan,” kata si dokter. Beberapa hari kemudian, saat muncul di hall si anggota sudah sembuh!

Ada dokter muda, ketika sedang menjalani magang di ruang instalasi gawat darurat (IGD) sebuah rumah sakit umum daerah, sempat panik karena datang pasien yang sudah di ambang kematian karena kasus keracunan. Dokter utama sedang tidak ada, sementara si dokter magang tidak tahu dan tidak berani mengambil tindakan medis apapun karena akan menyalahi prosedur. Dia akhirnya duduk di samping tubuh pasien yang terbujur tidak bergerak di ranjang, menggenggam tangan si pasien dan si dokter magang yang juga anggota Subud, memasrahkan diri. Dia merasakan vibrasi Latihan meliputi dirinya, dan tiba-tiba si pasien terbangun. Tidak jadi mati.

Seorang dokter umum berusia muda menyambut satu pasien yang memasuki ruang praktiknya. Sejak si pasien membuka pintu, si dokter mendapat pemberitahuan dari dalamnya bahwa si pasien menderita stres klinis yang penyebabnya tidak diketahui. Jiwa si dokter membocorkan resep obat rahasia: Ajak si pasien mengobrol. Itu dilakukannya dan setelah beberapa belas menit, si pasien berkata, “Dok, saya rasa saya sudah sembuh.”

Para dokter Subud memang tidak biasa. Mereka tidak selalu memeriksa dengan stetoskop dan/atau menyuntik seperti yang selalu diekspresikan anggota bukan dokter dalam testing kejiwaan dari Ibu Rahayu.©2024

 

Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 6 Mei 2024

No comments: