AKHIR bulan Januari tahun 2018, usai Latihan Kejiwaan di Wisma
Subud Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, tiba-tiba saya muak dengan
kereta api. Tiba-tiba pula saya merasa harus menekuni seluk-beluk angkatan
laut. Namanya juga “rasa”, sehingga saya tidak tahu alasannya, tapi saya hanya
harus nrima saja dan menjalaninya.
Hanya untuk waktu yang singkat—karena kemudian saya kembali suka kereta api—tapi
cukup bagi saya untuk mereguk banyak pengetahuan mengenai ke-angkatanlaut-an.
Ketika bulan Oktober 2019 saya
mendapat proyek penerjemahan (ke dalam bahasa Inggris) dan pengerjaan desain
hingga cetak majalah TNI Angkatan Laut dari Dinas Penerangan Angkatan Laut
(Dispenal) Markas Besar TNI AL, saya baru menginsafi mengapa saya mengalami
perubahan kesukaan itu: Saya rupanya sedang dipersiapkan Tuhan untuk proyek
tersebut.
Berbekal pengetahuan yang saya peroleh selama “masa vakum dari
kesukaan pada kereta api”, saya mampu tampil profesional di hadapan jajaran
perwira tinggi dan menengah dari Dispenal dan Mabesal. Sampai Kepala Dispenal,
yang adalah seorang Laksamana Pertama jebolan Akademi Angkatan Laut yang pernah
15 tahun berdinas di kapal perang, mengatakan ke saya, dalam rapat dengan
beliau pada 18 Desember 2019 di ruang kerja beliau di kompleks Mabesal
Cilangkap, Jakarta Timur: “Thank you very
much for helping us in making the magazine come true. Pak KASAL is very satisfied and sends you his
gratitude. You know, Pak Anto, I learned a lot from you!" (Terima
kasih sekali karena membantu kami mewujudkan majalah ini. Pak KASAL sangat puas
dan menyampaikan rasa terima kasih beliau ke Anda. Tahukah, Pak Anto, saya
banyak belajar dari Anda!)
Saya kaget, pasalnya di rumah, beberapa jam sebelum berangkat ke
Mabesal Cilangkap, saya bilang ke istri, “Aku tuh kagum banget sama
para perwira TNI AL, terutama yang jebolan AAL. Mereka jenius-jenius. Menjadi
seperti Pak Kadispenal kan nggak
gampang. Dia dimutasi dari dinas kapal ke kantor penerangan yang sama sekali
beda medannya. Dia harus belajar dalam hitungan bulan karena dinas di Dispenal kan paling banter tiga tahun. Dari situ
bisa dimutasi ke dinas lainnya yang nggak
ada hubungannya. Belajar lagi dari nol.”
Karena itu, saya juga kaget dengan ucapan Pak Kadispenal. Lha, orang sontoloyo seperti saya kok malah dianggap memberi banyak
pengetahuan ke orang jenius. Saya yakin, hal itu berkat bimbingan Tuhan
yang saya terima melalui Latihan Kejiwaan.***
GPR 3, Jl. Pondok Cabe III, Tangerang Selatan, Banten, 5
Januari 2020
No comments:
Post a Comment