“Menemukan kebenaran tidak sama dengan menemukan kedamaian.”
(Thich Nhat Hahn)
“Kalau mau sehat, jangan cuma mengurangi nasi, tapi kurangi
juga kekhawatirannya.” (Arifin Dwiastoro, 6 Januari 2019)
“Pekerjaan tidak mendefinisikan saya. Saya yang memberi
definisi atas pekerjaan saya.” (Arifin Dwiastoro, 8 Januari 2019)
“Saudara Subud itu ‘duri dalam daging’, yang melalui dirinya
kita dibersihkan, dan bersamanya pula kita menikmati pembersihan.” (Arifin
Dwiastoro, 9 Januari 2019)
“Shalat bukan serta-merta ibadah. Shalat menjadi ibadah ketika
kita sudah memiliki keinsafan akan kehadiranNya. Shalat adalah latihan untuk
ibadah. Orang yang beribadah sadar akan dirinya maupun orang lain dan
lingkungannya. Lupa tidak lagi menjadi penyakitnya.” (Arifin Dwiastoro, 11
Januari 2019)
“Daripada membebani pikiranmu, abaikan saja apa yang orang
lain pikirkan tentang dirimu.” (Arifin Dwiastoro, 18 Januari 2019)
“Hidup memiliki banyak sisi. Kebaikan ada sisi buruknya, dan
keburukan pun ada sisi baiknya.” (Arifin Dwiastoro, 19 Januari 2019)
“Banyaknya teman dan keluarga tetap manggil saya ‘Anto’,
membuktikan teori bahwa pikiran suka
kemapanan—dan karena itu tidak tahan terhadap penderitaan.” (Arifin Dwiastoro,
24 Januari 2019)
“Bisnis itu mudah. Yang membuatnya sulit adalah faktor-faktor
eksternal.” (Arifin Dwiastoro, 25 Januari 2019)
“Kepercayaan itu bisa membahagiakan, bisa pula membahayakan.”
(Arifin Dwiastoro, 27 Januari 2019)
“Duduk berpangku tangan pangkal bertepuk sebelah tangan.”
(Arifin Dwiastoro, 28 Januari 2019)
“I may not know what I can get in a box of chocolate. But no
matter what I get, chocolates are delightful. Unlike life.” (Arifin Dwiastoro,
February 2, 2019)
“Rajin shalat tapi tanpa keinsafan hanya membuat seorang Islam
tak ubahnya burung beo yang patuh tanpa keimanan. Hidupnya selalu menyusahkan
orang lain, tidak mau berkembang, dan beritikad buruk. Gugur semua pahalamu.”
(Arifin Dwiastoro, 6 Februari 2019)
“Agama dibuat oleh manusia untuk memenjarakan Tuhan dalam
ruang dan waktu buatan akal pikirnya.” (Arifin Dwiastoro, 11 Februari 2019)
“Usaha terbaik untuk mencapai apa yang dicita-citakan adalah
menyaksikan Hidup bekerja menurut caranya. Hal itu tidak mudah; seringnya kita
tidak percaya.” (Arifin Dwiastoro, 16 Februari 2019)
“Kecintaan dan kebencian punya satu kesamaan. Sekalinya sudah
memiliki salah satunya, akan sulit berubah.” (Arifin Dwiastoro, 23 Februari
2019)
“’Kebahagiaan’ hanya sebutan untuk perasaan yang diperoleh
ketika kita menerima segala yang ada dengan sabar, tawakal, dan ikhlas.”
(Arifin Dwiastoro, 26 Februari 2019)
“Dengan renjana (passion),
maka semua pekerjaan kita menjadi seni.” (Arifin Dwiastoro, 5 Maret 2019)
“The problem in writing history is not writing the
wrong story, but choosing which wrong story to write—Masalah dalam menulis sejarah
bukanlah menulis kisah yang keliru, tetapi memilih kisah yang keliru untuk
ditulis.” (Mas Adji; dari postingan Dahlan Cartwright di grup FB For Subud
Members Only)
“Kelebihan saya adalah saya tahu kekurangan saya. Kekurangan saya adalah saya sok tahu kelebihan saya.” (Arifin Dwiastoro, 7 Maret 2019)
“Kelebihan saya adalah saya tahu kekurangan saya. Kekurangan saya adalah saya sok tahu kelebihan saya.” (Arifin Dwiastoro, 7 Maret 2019)
“Tingginya pendidikan/jabatan/ilmu agama seseorang ternyata tidak selalu berbanding lurus
dengan stabilitas emosinya.” (Arifin Dwiastoro, 10 Maret 2019)
“Hidupkan masa lalumu dengan semangat masa kini. Dengan begitu, kamu punya masa depan.” (Arifin Dwiastoro, 11 Maret 2019)
“Hidupkan masa lalumu dengan semangat masa kini. Dengan begitu, kamu punya masa depan.” (Arifin Dwiastoro, 11 Maret 2019)
“Kejiwaan adalah isi kita dalam membina
keluarga dan bekerja. Keluarga adalah dorongan kita untuk bekerja demi
menciptakan kehidupan yang layak bagi keluarga dan memampukan kita terus
beribadah kepadaNya (kejiwaan).” (Arifin Dwiastoro, 11 Maret 2019)
“Hari gini, orang lebih suka pernyataan, tapi tidak kuat menghadapi kenyataan.” (Arifin Dwiastoro, 16 Maret
2019)
“Food is everything we are. It’s an
extension of nationalist feeling, ethnic feeling, your personal history, your
province, your region, your tribe, your grandma. It’s inseparable from those
from the get-go.” (Anthony Bourdain)
“Li9ht—The IDEAS Company sudah lama
mempraktikkan SMK3L (Sistem Manajemen Keluarga, Kerja, Kuliner dan Latihan
kejiwaan).” (Arifin Dwiastoro, 21 Maret 2019)
“Jangan kebanyakan ngomong kalau tidak bisa ngemong.”
(Arifin Dwiastoro, 24 Maret 2019)
“Kalau motivator bisnis benar-benar sukses bisnisnya,
tentu dia bagi-bagi ilmu gratis. Yang pasang tarif pasti bisnisnya adalah
‘seminar bisnis’.” (Arifin Dwiastoro, 27 Maret 2019)
“Kesulitan melatih pengendalian diri.
Kemudahan membuat lupa diri.” (Arifin Dwiastoro, 29 Maret 2019)
“Jujur pada diri sendiri. Percaya pada diri sendiri.
Menjadi diri sendiri. Yang bukan berasal dari dirimu tidak penting.” (Arifin
Dwiastoro, 31 Maret 2019)
“Sebagian besar orang hidup berdasarkan
‘kata orang’ tentang bagaimana sebaiknya, bukan dengan bimbingan diri
pribadinya.” (Arifin Dwiastoro, 31 Maret 2019)
“Orang kaya sejati hidup dengan yang ada di dalam dirinya.
Orang kaya semu hidup dengan segala sesuatu di luar dirinya.” (Arifin
Dwiastoro, 2 April 2019)
“Latihan Kejiwaan itu menuntun kita hijrah dari kebisaan-kebisaan dan kebiasaan-kebiasaan lama kita
yang terbentuk oleh akal pikir ke kebisaan-kebisaan dan kebiasaan-kebiasaan
baru yang dibimbing jiwa.” (Arifin Dwiastoro, 3 April 2019)
“Melupakan lebih mudah daripada memaafkan. Tapi tanpa
memaafkan, melupakan akan menjadi tidak mudah.” (Arifin Dwiastoro, 3 April
2019)
“Yang paling salah
itu adalah yang merasa paling benar
sendiri.” (Arifin Dwiastoro, 4 April 2019)
“Sukses atau gagal, kaya atau miskin cuma soal pilihan rasa.
Bukan soal seberapa banyak harta atau pencapaianmu.” (Arifin Dwiastoro, 5 April
2019)
“Selalu merasa paling benar sendiri, paling tinggi sendiri,
akan membuatmu sulit merendah ketika keadaan menuntutmu begitu.” (Arifin
Dwiastoro, 6 April 2019)
“Ekspresi ‘membagi harta sama rata sama rasa’ adalah omong
kosong. Rasa tidak mungkin bisa disamakan.” (Arifin Dwiastoro, 6 April 2019)
“Ayah saya mengajarkan untuk mampu memilih satu di antara dua,
dengan kecintaan yang seluas-luasnya kepada keduanya.” (Arifin Dwiastoro, 8
April 2019)
“Jangan jadi orang CERDAS, yang otaknya enCER tapi mulutnya
peDAS.” (Arifin Dwiastoro, 9 April 2019)
“Memberi kepercayaan ternyata lebih sulit daripada menerima
kepercayaan. Perlu sabar dan tawakal.” (Arifin Dwiastoro, 13 April 2019)
“Kemajuanmu bisa jadi adalah kemunduranmu. Kemunduranmu bisa
jadi justru merupakan kemajuanmu. Selalu mawas diri.” (Arifin Dwiastoro, 21
April 2019)
“Makin sukses, makin berpotensi gagal. Makin besar sukamu,
makin besar kemungkinan dukamu.” (Arifin Dwiastoro, 28 April 2019)
“Setiap temuan baru adalah hal lama yang baru disadari kegunaannya.” (Arifin Dwiastoro, 30 April 2019)
“Berpuasa membuatmu
berkuasa atas nafsumu.” (Arifin
Dwiastoro, 6 Mei 2019—hari pertama puasa Ramadan 1440 H)
“Puasa adalah laku prihatin, latihan pengendalian diri. Jika
warung makan harus tutup, orang lain dilarang makan di depanmu, supaya kamu
tidak terganggu puasamu, di mana pengendalian dirimu? Di mana tantangannya?
Mending tidak usah puasa!” (Arifin Dwiastoro, 7 Mei 2019)
“Setiap orang punya cara untuk dan tolak ukur suksesnya
masing-masing. Tidak bisa disamaratakan.” (Arifin Dwiastoro, 12 Mei 2019)
“Pada dasarnya, orang diperintah oleh pikirannya, meskipun
perintahnya diucapkan/dituliskan oleh orang lain.” (Arifin Dwiastoro, 13 Mei
2019)
“Berusaha keras dengan perasaan bebas.” (Arifin Dwiastoro, 17
Mei 2019, tentang inti enterprise
terbimbing Latihan Kejiwaan)
“Ketika berlaku buruk tidak merasa berdosa. Ketika berbuat baik
bukan karena ingin pahala.” (Arifin Dwiastoro, 27 Mei 2019—penerimaan Latihan
Kejiwaan di Hall Cilandak, Likuran malam ke-23)
“Masalah adalah orang asing yang malam-malam datang mengetuk
pintu rumahmu. Alih-alih kamu mempersilakan-nya
masuk, usir saja dia.” (Arifin Dwiastoro, 28 Mei 2019)
“Wahai orang-orang beriman, sesungguhnya di antara
istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah
terhadap mereka.” (QS At-Taghabun: 14)
“Ulangi kesalahan yang sama sampai kesalahan bosan menjadi
kesalahan.” (Arifin Dwiastoro, 1 Juni 2019)
“Tuhan membimbingmu bukan untuk membatasi ruang gerakmu, tapi
untuk memberimu kesempatan menikmati hidup sebaik-baiknya.” (Arifin Dwiastoro, 6
Juni 2019)
“Mayoritas konsultan branding
yang saya jumpai backgroundnya desain
grafis. Jarang yang kehumasan, marketing,
atau psikologi. Makanya rekomendasi ke klien pun kebanyakan desain logo dan identitas.” (Arifin Dwiastoro, 18 Juni 2019)
“My goal in life is trying to win hearts, not awards.” (Arifin
Dwiastoro, 10 Juli 2019)
“Banyak yang tidak percaya uang itu makhluk hidup. Lalu
mengapa ketiadaannya bikin sengsara dan kehadirannya bikin gembira?” (Arifin
Dwiastoro, 15 Juli 2019)
“Tidak usah membanggakan pekerjaanmu. Berbanggalah bila kamu
mendapatkan ketentraman rasadiri saat mengerjakannya.” (Arifin Dwiastoro, 18
Juli 2019)
“Semua keahlian berasa sulit hanya ketika (di)teori(kan). Di
tataran praktik, malah gampang.” (Arifin Dwiastoro, 29 Juli 2019)
“Semua prosedur buatan manusia semuanya sulit. Yang dari Tuhan
semuanya mudah. Biar mudah melalui prosedur manusia, ikuti bimbinganNya.”
(Arifin Dwiastoro, 29 Juli 2019)
“Perjalanan bila dinikmati tidak akan melelahkan.” (Arifin
Dwiastoro, 29 Juli 2019)
“Jangan harap kamu bisa langgeng memimpin dan mengajak orang
lain hidup rukun, sebelum kamu bisa memimpin dan rukun dengan diri sendiri.”
(Arifin Dwiastoro, 30 Juli 2019)
“Banyak orang mengejar uang, sukses dan bahagia, tidak sadar
kalau semua itu produk pikirannya sendiri.” (Arifin Dwiastoro, 31 Juli 2019)
“Saya tidak pernah jatuh cinta pada atau mencintai Tuhan,
karena bagi saya Dia adalah Cinta itu sendiri.” (Arifin Dwiastoro, 31 Juli
2019)
“Pintar atau bodoh hanya penilaian di sekolah. Bukan yang
sejati. Dia yang merasa pintar atau bodoh adalah yang baper dengan penilaian
tersebut.” (Arifin Dwiastoro, 2 Agustus 2019)
“Kenapa pilih marah, kalau bisa pilih ramah? Kenapa
pilih sengsara, kalau bisa pilih gembira?” (Arifin Dwiastoro, 4 Agustus 2019)
“Kalau kamu langsung marah atas perkataan
buruk orang lain tentang dirimu, maka itu mengafirmasi bahwa perkataan itu
benar.” (Arifin Dwiastoro, 4 Agustus 2019)
“Kadang, saya ngeri dengan diri saya
sendiri. Banyak potensinya yang termanifestasi melampaui apa yang saya
ketahui.” (Arifin Dwiastoro, 9 Agustus 2019)
“Jangan harap kebaikanmu pada orang lain
akan dia balas dengan kebaikan pula. Manusia bukan benda mati yang bisa kamu
arahkan, bahkan dengan kebaikanmu.” (Arifin Dwiastoro, 11 Agustus 2019)
“Yang berat itu pikiranmu, bukan buku
yang sedang kamu baca.” (Arifin Dwiastoro, 12 Agustus 2019)
“Di aras kesadaran sejati, sukses/bahagia
tidak ada gunanya.” (Arifin Dwiastoro, 12 Agustus 2019)
“Kenyataan semakin diteorikan, semakin
dicari-cari penyebabnya, semakin membingungkan.” (Arifin Dwiastoro, 13 Agustus
2019)
“Temukan dirimu sendiri. Patuhi dirimu
sendiri. Urus dirimu sendiri.” (Bapak Subuh, diceritakan Harris Roberts di
Teras Timur Hall Cilandak, malam, 12 Agustus 2019)
“Sesuatu yang sejatinya tiada akan
mengada jika kamu mempercayainya sedemikian rupa.” (Arifin Dwiastoro, 19
Agustus 2019)
“Apa sih
yang sejatinya milik kita? Semua cuma titipanNya. Bahkan rasa cinta yang indah,
cuma sebentar lewat.” (Arifin Dwiastoro, 19 Agustus 2019)
“Kalau kamu merasa hidup ini tidak adil, teruskan
perjalananmu. Beberapa tahun lagi, tengoklah ke belakang; kamu akan
mensyukurinya.” (Arifin Dwiastoro, 20 Agustus 2019)
“Membuat orang lain tertawa bahagia
adalah hubungan seks yang aman.” (Arifin Dwiastoro, 21 Agustus 2019)
“Telinga yang (di)kotor(i) (oleh ajaran)
paling tidak kuat mendengar kata-kata yang dipersepsikan sebagai kotor. Baper
itu adalah akibat kortslet di akal pikir. Sejatinya tidak ada kata-kata kotor
atau jelek, karena sejatinya tidak ada kata-kata. Kata-kata bukan kebenaran,
mereka cuma penunjang. Kebenaran sejati adalah diam dan merasakan.” (Arifin
Dwiastoro, 21 Agustus 2019)
“Kamu percaya Tuhan atau menuhankan
kepercayaanmu?” (Arifin Dwiastoro, 21 Agustus 2019)
“Sebenarnya hidup itu hanya meniti, merasakan
dirinya saja.” (Muhammad Subuh)
“Saya tahu ‘kebahagiaan’ tidak lebih dari sekadar menuliskan kata itu.” (Arifin Dwiastoro, 22 Agustus 2019)
“Saya tahu ‘kebahagiaan’ tidak lebih dari sekadar menuliskan kata itu.” (Arifin Dwiastoro, 22 Agustus 2019)
“Sejatinya, tidak ada jalan yang sesat.
Karena semua jalan bermuara ke Dia Yang Menyesatkanmu jika Dia kehendaki.”
(Arifin Dwiastoro, 22 Agustus 2019)
“Kadang, mimpi indah menjadi mimpi buruk
ketika terbangun.” (Arifin Dwiastoro, 23 Agustus 2019)
“Tak banyak yang menyadari bahwa
kebanyakan orang dibunuh oleh akal pikirnya yang mewujud sebagai penyakit
raga.” (Arifin Dwiastoro, 23 Agustus 2019)
“Kamu sulit mengikuti bimbinganNya,
karena kamu nyaman didikte sejak kecil oleh orang-orang di sekitarmu,
masyarakat, dan budaya.” (Arifin Dwiastoro, 24 Agustus 2019)
“Selama masih ditulis dengan pena lahir,
masih bisa diubah. Yang tidak bisa diubah adalah yang ditulis dengan pena
batin.” (Arifin Dwiastoro, 24 Agustus 2019)
“Ingin maju tapi tidak siap
berubah/menghadapi perubahan? Tidur saja!” (Arifin Dwiastoro, 25 Agustus 2019)
“Cinta tak perlu dikejar, karena cinta
adalah perasaan dinamis yang sebentar juga lewat.” (Arifin Dwiastoro, 29
Agustus 2019)
“Sukses bisnis adalah ketika usaha bisnis
menjadikan pelakunya lebih spiritual daripada finansial.” (Arifin Dwiastoro, 29
Agustus 2019)
“Spiritualitas adalah tentang menjadi
diri sendiri, bukan tentang melembutkan gerak dan suara dan membaik-baikkan perbuatan.”
(Arifin Dwiastoro, 31 Agustus 2019)
“Manusia menciptakan dirinya sendiri segera setelah
akalnya bekerja.” (Arifin Dwiastoro, 1 September 2019)
“’Aliran sesat’ adalah istilah yang diciptakan dan
diyakini oleh mereka yang merasa jalannya paling benar.” (Arifin Dwiastoro, 2
September 2019)
“Kebanyakan orang berani menghadapi orang lain, tapi
takut menghadapi dirinya sendiri.” (Arifin Dwiastoro, 5 September 2019)
“Bekerja demi uang semata mengikis
kreativitas seseorang.” (Arifin Dwiastoro, 5 September 2019)
“Ketika kamu merasa sudah sampai di level
selanjutnya dari perjalanan spiritualmu, sesungguhnya kamu masih di level
semula.” (Arifin Dwiastoro, 7 September 2019)
“Tugasmu bukan mencari kebenaran. Tapi menemukan
kebenaran.” (Arifin Dwiastoro, 12 September 2019)
“Hidup—semakin kamu ingin pahami semakin
kamu tidak mengerti. Let go saja.”
(Arifin Dwiastoro, 15 September 2019)
“Not
everyone deserves to know the real you.
Let them criticize who they think you are.”
(Paulo Coelho, The Spy)
“All true artists, whether they know it
or not, create from a place of no-mind, from inner stillness.” (Eckhart
Tolle)
“Transformasi diri dipicu oleh diri sendiri—dari ‘dalam’, bukan oleh ajaran
atau nasihat dari luar diri.” (Arifin Dwiastoro, 12 Oktober 2019)
“Ketika seseorang berkata buruk tentang saya, hal itu tidak mendefinisikan
diri saya. Tapi malah mendefinisikan diri orang itu.” (Arifin Dwiastoro, 14
Oktober 2019)
“Akan tiba suatu masa, di mana ketertarikan lawan jenis ditentukan oleh
vibrasi. Bukan lagi oleh fisik.” (Arifin Dwiastoro, 15 Oktober 2019)
“Jika mereka tidak mengerti sifat dan perilakumu, tidak usah risau.
Seharusnya mereka bertanya pada Penciptamu.” (Arifin Dwiastoro, 18 Oktober
2019)
“Pengaruh benda membuatmu berbeda dari pribadi sejatimu. Dan cenderung
jelek.” (Arifin Dwiastoro, 19 Oktober 2019)
“Kita bisa melakukan atau membuat hal-hal yang tak terduga dan tidak
mungkin hanya bila kita yakin bahwa uang bukan segalanya.” (Arifin Dwiastoro,
19 Oktober 2019)
“Ketidakpastian hidup mendorong manusia melakukan pencarian terhadap
hal-hal misterius yang serba tidak pasti. Aneh.” (Arifin Dwiastoro, 19 Oktober
2019)
“Kata saudara Subud saya, pehobi kereta api itu lebih hebat daripada pehobi
mobil, karena dia membanggakan yang bukan milik pribadinya.” (Arifin Dwiastoro,
1 November 2019)
“Obat segala penyakit adalah tidak banyak berpikir dan sinar
matahari sebelum jam 10 pagi.” (Arifin Dwiastoro, 7 November 2019)
“Sebagian orang sulit pasrah, bahkan dengan kenyataan bahwa
untuk pasrah tidak diperlukan usaha.” (Arifin Dwiastoro, 10 November 2019)
“Kebahagiaan hidup dan keindahan karya seringkali sirna ketika
tujuannya adalah uang.” (Arifin Dwiastoro, 11 November 2019)
“Hidup tinggal dijalani. Kalau lelah, istirahat. Tidak ada
yang menyuruhmu untuk terus berusaha. Jangan takut bila tidak mendapat uang
akibat istirahat secukupnya, karena Tuhan dapat memberimu apa yang kamu
inginkan atau butuhkan tanpa meminta bayaran.” (Arifin Dwiastoro, 13 November
2019)
“Nasihat akan diterima oleh seseorang hanya bila itu berasal
dari dirinya.” (Arifin Dwiastoro, 13 November 2019)
“Kamu takkan pernah bisa menerima orang lain apa adanya
sebelum kamu sendiri apa adanya.” (Arifin Dwiastoro, 13 November 2019)
“He who does not know history does not have a life.” (Arifin
Dwiastoro, 14 November 2019)
“Being a commander by rank doesn’t make you a leader by
spirit.” (Arifin Dwiastoro, 16 November 2019)
“Dalam bekerja/berkarya, sikap lebih utama dibandingkan teknik
dan teknologi.” (Arifin Dwiastoro, 21 November 2019)
“Saya tidak melekat pada ide-ide saya yang lama (terpakai
maupun tidak). Dengan begitu, cangkir pengetahuan saya dapat diisiNya dengan
ide-ide baru yang segar.” (Arifin Dwiastoro, 24 November 2019)
“Setiap orang ada yang menjadi guru bagi orang lain dan ada
yang bagi dirinya sendiri. Karena hidup adalah pembelajaran.” (Arifin
Dwiastoro, 25 November 2019)
“Tidak jujur pada orang lain ternyata jauh lebih mudah daripada
jujur pada diri sendiri.” (Arifin Dwiastoro, 9 Desember 2019)
“Your profession is not what brings home your paycheck. Your
profession is what you were put on Earth to do with such passion and such
intensity that it becomes spiritual in calling.” (Vincent van Gogh)
“Tahu bahwa kamu tidak tahu apa-apa sama saja kamu masih tahu
sesuatu. Mending tidak tahu bahwa kamu tidak tahu apa-apa.” (Arifin Dwiastoro,
14 Desember 2019)
“Saya pernah ditanya tante saya yang menjalankan syariat agama
dengan disiplin: ‘Kamu kenapa kok
ikut Subud? Apakah agama aja nggak
cukup?’
Saya: ‘Agama menuntun saya menjadi baik, Tante. Tapi Subud
menuntun saya menjadi diri sendiri, yang dengan begitu membuat saya mengerti
kapan ‘baik’ itu berguna bagi saya dan orang lain dan kapan nggak.’.” (Arifin Dwiastoro, 19 Desember
2019)
“Makin ke sini, saya merasa malu minta ke Tuhan segala sesuatu
terkait kekayaan harta, jabatan, atau jadi orang penting. Pada akhirnya,
yang paling penting adalah apa yang membuat kita hidup... benar-benar hidup!”
(Arifin Dwiastoro, 19 Desember 2019)
No comments:
Post a Comment