getar cinta yang tiba-tiba merasuk jiwa
saat aku justru membencimu
Bagai pendar matahari yang menyusup kelam hujan badai
Ketika kupalingkan wajahku dalam muak kehadiranmu,
seketika itu pula wajahmu mendesirkan darahku dalam pembuluh ketakjuban yang merindu
Rupanya ada sesuatu yang tak kutahu tentang yang kutahu tentang dirimu
Sekian lama aku menghindarimu
seakan kau bukan seperti aku, sehingga tak mungkin kita menyatu
Kau adalah duri dalam dagingku
kala aku menginsafi kau pula yang mencabutnya dan membasuh lukaku
Kau adalah kotoran hewan berbau busuk
yang memupuk bunga hingga menebar harum
Kau buat aku ingin mengusap lembut wajahmu di saat aku berhasrat mengusirnya dari pikiranku
Benar – ada sesuatu yang tak kutahu tentang yang kutahu tentang dirimu,
walau mungkin tak tahuku itu juga adalah tahuku
Sebagaimana dirimu yang kutahu...
Naskah asli ditulis di atas KA Argo Anggrek yang melaju dari stasiun Semarang Tawang ke Jakarta Gambir, 7 Maret 2010, pukul 14.56, dan terinspirasi sebuah kejadian nyeleneh saat berlangsungnya Musyawarah Nasional PPK Subud Indonesia di Semesta Hotel, Semarang, Jawa Tengah.
No comments:
Post a Comment