KARENA latar belakang akademik saya adalah Ilmu Sejarah, yang saya dalami di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI; sejak tahun 2002 berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya/FIB UI), saya kerap tak bisa menghindari atau melawan dorongan dari dalam untuk meluruskan segala yang bengkok atau misterius di masa kini dengan menggali lebih dalam peristiwa atau hal-hal di masa lalu. Tantangan terberatnya adalah tindakan saya tak jarang mengusik kekukuhan orang dalam mempertahankan pengetahuan usang mereka.
Seperti rangkaian acara perayaan 100 Tahun Latihan Kejiwaan Subud yang diselenggarakan 26 Januari hingga 4 Februari tahun ini, yang beriringan dengan Kongres Nasional ke-31 PPK Subud Indonesia (31 Januari-2 Februari 2025) dan ulang tahun ke-78 berdirinya organisasi PPK Subud Indonesia (1 Februari 2025), bertempat di Semarang, Jawa Tengah. Saya dan yunior saya di Program Studi (Prodi) Sejarah FIBUI yang juga anggota Subud Cabang Jakarta Selatan, Sulaiman Harahap, beberapa waktu lalu tergelitik untuk mulai menelisik: Tanggal berapa atau bulan apa tepatnya RM Muhammad Subuh Sumohadiwidjojo menerima pengalaman gaib yang menggiring beliau kepada Latihan Kejiwaan?
Memang benar tahunnya adalah 1925, tempat kejadian perkaranya di jalan di depan proyek pembangunan rumah sakit Centrale Burgerlijke Ziekenhuis (Rumah Sakit Sipil Pusat) atau CBZ (kini RS dr. Kariadi) di Gemeente (Kotapraja) Semarang, pada waktu tengah malam. Buku Autobiografi RM Muhammad Subuh Sumohadiwidjojo maupun buku History of Subud-nya Harlinah Longcroft (yang berdasarkan wawancara dengan Pak Subuh juga) tidak menyebutkan tanggal dan/atau bulannya. Hanya tahunnya 1925.
Saya berbagi analisis saya dengan Sulai, panggilan akrabnya Sulaiman, alumnus Prodi Sejarah FIBUI Angkatan 2004, berdasarkan tanggal peresmian CBZ, yaitu 9 September 1925. Buku Autobiografi menyebutkan bahwa Pak Subuh sedang berjalan di depan proyek pembangunan CBZ ketika pengalaman gaib itu beliau lalui. Tahun 1925 saya asumsikan proyek CBZ sudah di tahap penyelesaian, mengingat peresmiannya saja tanggal 9 September. Jadi, kemungkinan pengalaman gaib itu terjadi sekitar akhir Juli atau pertengahan Agustus.
Sulai bertahan di akhir Juli, saya menancapkan keyakinan saya di pertengahan Agustus—yang jelas, bukan Januari atau Februari 1925.
Untuk memastikan, atau
mendekati kepastian, ada pendekatan ilmiahnya. Tak kami pungkiri bahwa
pendekatan kejiwaan, yaitu testing,
juga kami lakukan, tapi secara umum kita bisa menerapkan metodologi penelitian
sejarah dengan, antara lain, menelusuri kembali peristiwa-peristiwa lainnya,
selain dari peresmian CBZ saja. Saya dan Sulai masih terus menjelajahi berbagai
kemungkinan, yang kami dalami bak detektif menyelidiki sebuah kasus misterius.
Itulah serunya belajar sejarah. Terlebih dengan bimbingan Latihan.©2025
Pondok
Cabe, Tangerang Selatan, 3 Januari 2025