“Saya
akan selalu memilih orang yang malas untuk melakukan pekerjaan yang sulit, karena orang yang malas akan mencari cara yang mudah untuk melakukannya.”
—Bill Gates
SEJAK pandemi CoViD-19, kira-kira sebulan yang lalu asisten
rumah tangga (ART) saya dirumahkan atas perintah dokter dari Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) di lingkungan (kampung) tempat tinggal saya. Ia termasuk
golongan yang rentan terinfeksi virus Corona. Jadilah di rumah saya hanya
bertiga dengan istri dan putri kecil saya, Nuansa.
Dengan absennya sang ART, saya harus memikul sebagian
pekerjaan rumah tangga. Yang rutin adalah bangun pagi untuk menyapu dan
mengepel lantai rumah. Saya menderita sakit punggung ringan—tapi kadang tak
tertahankan bila kambuh—yang membuat pekerjaan tersebut menjadi cukup
menyebalkan. Tapi saya tak punya pilihan; saya harus mengerjakannya, karena
tenaga istri tak cukup untuk melakukan semua pekerjaan rumah tangga dan mengurus
anak.
Tak sengaja, saat mengepel ruang kerja saya, saya duduk di
salah satu kursi kerja yang beroda dan bisa berputar, dan terus mengepel. Saat
itulah saya tersadar bahwa mengepel sambil duduk di kursi semacam itu
menyenangkan dan membuat punggung saya lega. Saya seperti mendayung perahu
dengan duduk di kursi yang bisa bergerak ke sana ke mari dan berputar saat
mengayunkan tangkai pel-pelan.
Istri saya berkomentar tentang kebiasaan baru saya itu, “Dasar
pemalas!” Saya berkilah bahwa justru cara itu membuat menyapu dan mengepel
menjadi menyenangkan. Karena menyenangkan, saya jadi serius melakukan pekerjaan
tersebut, dan karena itu pula hasilnya juga bagus.
Ide-ide kreatif, menurut kesaksian saya selama ini, lahir dari
“kemalasan” atau keinginan untuk mempermudah hal-hal yang terbilang sulit atau
tidak nyaman. Hal itu tidak salah; lagi pula siapa sih yang mau dihadapkan pada kesulitan atau ketidaknyamanan?
Perasaan senang melahirkan cinta, dan pekerjaan yang didasari
cinta menciptakan kegairahan, menumbuhkan renjana (passion) pada si pekerja. Pekerja yang melakukan tugas dan
kewajibannya dengan renjana mampu melahirkan hasil yang berkualitas baik dan
memuaskan baik dirinya sendiri maupun orang lain.@2020
GPR, Jl. Pondok Cabe III, Tangerang Selatan, 22 April 2020
No comments:
Post a Comment