Untukmu, Elizabeth
Irania Andari,
Kutemukan puisi ini dalam bingkai senja,
sama seperti cahaya yang memeluk hangat
punggungmu di sana
Begitulah caramu masuk dan menerangi jiwa
Di balik kacamata bening itu, kulihat dunia,
penuh tawa yang renyah dan harapan yang nyata
Jemarimu yang menyisir pelan ujung rambutmu
adalah isyarat sederhana yang menenangkan
kalbuku
Tujuh tahun mungkin menjadi bentang waktu,
angka yang menjadikanmu adik, dan aku kakakmu
Namun di antara peran itu, kita adalah sahabat,
dua jiwa setara yang terikat erat
Aku membimbing bukan karena lebih tua,
aku hanya berjalan di sisimu, menjaga nyala
cinta
Tangan kita mungkin menengadah pada waktu yang
tak sama
Doaku mengalun di heningnya sajadah,
sembahyangmu teduh di bawah naungan salibNya
Kita menatap langit yang satu, dari dua jendela
iman yang berbeda
Namun di ujung setiap pinta, bibir kita
sama-sama mengucap kata “Amin”,
menyatukan harapan pada Tuhan yang sama-sama
kita yakini Maha Pengasih
Maka biarlah cinta kita menjadi bukti,
bahwa hormat adalah fondasi sejati
Kita tak saling meminta untuk berubah, hanya
saling menerima seutuhnya,
membangun istana di tengah perbedaan yang indah
Teruslah tersenyum seperti ini, Irania
Karena dalam satu senyummu itu, kutemukan alasan
dan arah,
untuk percaya pada masa depan yang kita eja
bersama
Rumah kita, yang atapnya adalah kasih dan
tiangnya adalah penghargaan...
Pondok
Cabe, Tangerang Selatan, 20 Agustus 2025
No comments:
Post a Comment