SPIRITUALITAS merupakan bagian integral dari keberadaan kita. Ada yang
memerlukan jalan tertentu untuk menginsafinya—seperti saya aktif Latihan Kejiwaan Susila Budhi Dharma (SUBUD), namun ada pula yang mengabaikan makna
penting dari berspiritualitas.
Bagi kebanyakan orang, spiritualitas atau mencapai keadaan spiritual
merupakan jalan melelahkan yang memerlukan upaya keras yang tak jarang membuat
si “pejalan” jenuh dan akhirnya berhenti/mundur. Padahal kenyataannya
spiritualitas tidak melulu berisi serangkaian aktivitas yang menguras tenaga
dan pikiran sebagaimana yang diperkenalkan di tarekat Sufi/tasawuf. Kalau Anda
mau, ada lho JALAN PINTAS SPIRITUAL (spiritual shortcut).
Apa
iya ada yang namanya “jalan pintas spiritual”? ADA! Untuk memulainya, kita
perlu
mengubah pandangan kita tentang apa artinya melangkah di “jalan
spiritual”. Cara yang paling produktif
untuk memandang spiritualitas bukanlah
merupakan jalan
pembelajaran, tapi jalan
yang meniadakan pembelajaran. Kenapa begitu? Begini, kita
tuh sebenarnya nggak pernah benar-benar terputus dari spiritualitas kita. Tanpa
sumber energi universal mengalir melalui kita setiap saat, kita akan berhenti
menguasai
bentuk-bentuk manusia yang terlampau menggunakan akal pikirnya, yang kita sebut “kita”
ini.
Masalah sebenarnya adalah bahwa kita termakan omong kosong
sejarah, budaya, dan pribadi yang membuat keterhubungan spiritual kita tampak
seolah merupakan pengalaman terisolasi dan kabur.
Mengetahui bahwa kita selalu terhubung, jalan kita menjadi tidak lagi
tentang mencoba untuk menjadi spiritual tetapi tentang membuang sampah yang
membuat kita berakar terlalu dalam pada realitas fisik dari keberadaan kita.
Karena kita (sebagai masyarakat) memberikan begitu banyak makna pada indra
fisik dan pikiran kita, kita cenderung untuk mengisi hidup kita dengan berbagai
kesibukan. Bahkan, orang-orang tampaknya menganggap keren ketika Anda
memberitahu mereka bahwa Anda “sedang sibuk”. Kecenderungan menjadi stres dan
terlalu banyak bekerja ini berarti bahwa sebagian besar dari kita punya waktu yang
terbatas untuk berlatih spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari kita. Inilah
sebabnya mengapa jalan pintas untuk spiritualitas sangat penting.
Di antara sejumlah jalan pintas spiritual yang ada, saya tawarkan satu
ini—karena terkait dengan profesi saya…
Menulis
SELAIN membaca materi spiritual (yang saya tahu Anda sudah melakukannya), MENULIS merupakan jalan pintas
yang kuat untuk mencapai kejernihan mental dan spiritualitas. Menuliskan pikiran-pikiran
Anda
dapat dilakukan dalam beberapa cara, seperti menulis
jurnal/buku harian, menulis bebas, dan lain-lain. Tidak penting
gaya
penulisan macam apa yang Anda pilih. Bahkan, jika Anda memiliki “hambatan penulis” (writer’s
block) ketika
Anda duduk untuk memulai maka Anda dapat menulis kata-kata atau kalimat yang
sama berulang-ulang sampai waktu Anda habis atau sampai
Anda memikirkan sesuatu yang lain untuk dituliskan. Jika Anda
tidak terbiasa menulis, atau memiliki kemampuan menulis
yang terbatas,
maka
mulailah dengan tidak lebih dari lima
menit berturut-turut disusul oleh istirahat sejenak.
Salah
satu waktu terbaik untuk menulis adalah setelah
membaca, menonton atau memikirkan sesuatu yang merangsang
pemikiran. Kita semua memiliki momen “ah-ha!”
itu yang tampaknya mengubah hidup kita, hanya untuk melihat dampaknya memudar seiring waktu (biasanya
lebih cepat). Cara yang baik untuk menyimpan informasi yang telah Anda pelajari
adalah hanya menuliskan apa yang Anda ingat. Anda dapat menambahkan pikiran dan
pengalaman Anda sendiri dan Anda dapat menuliskan apa yang Anda suka dan/atau
tidak suka tentang hal itu. Tidak penting apakah Anda
menulis tentang
sesuatu yang mendalam karena manfaat sebenarnya terletak pada
tindakan yang Anda ambil.
Contoh Latihan Menulis Lima Menitan:
- · Awali
setiap kalimat dengan menulis, “Aku ingat…”
- · Kalimat-kalimat
alternatif yang diawali dengan:
o
“Sebuah kisah yang aku
ceritakan pada diriku sendiri adalah…”
o
“Yang benar adalah…”
- · Tulislah
tentang pertemanan yang tak terduga.
- · Tulislah tentang
air atau api.
- · Mulailah
sesi Anda dengan menulis, “Aku sama sekali tidak bisa menulis tentang…”
Spiritualitas merupakan proses pengalaman alih-alih sebuah proses
berpikir.
Berhasil tidaknya jalan pintas spiritual ini tergantung sepenuhnya pada Anda.©