“SABAR adalah Selalu Antusias dan Berani Andalkan Rasa.” (Arifin Dwiastoro, 5 Januari 2021)
“Yang bagi manusia adalah bencana, bagi Tuhan adalah rencana.” (Arifin Dwiastoro, 16 Januari 2021)
“Dengan memahami dirimu sendiri barulah kamu bisa memahami orang lain.” (Arifin Dwiastoro, 17 Januari 2021)
“Dua hal yang akan kamu alami jika tidak pernah memulai: Kamu tidak akan pernah berhasil dan terus berpikir yang belum tentu terjadi.” (Arifin Dwiastoro, 6 Februari 2021)
“While the term ‘have sex’ sounds rude, ‘make love’ is exaggerating. Love exists by itself, by God’s will. He created it. As human beings, we don’t have the power to make it.” (Arifin Dwiastoro, 14 February 2021)
“Saya bertindak berani bukan karena nekat, tapi karena saya percaya mukjizat.” (Arifin Dwiastoro, 24 Februari 2021)
“Wanita yang tidak asyik diajak mengobrol, tidak nyambung bila berdiskusi atau tidak menyimak perkataan kita, tidak asyik diajak bercinta.” (Arifin Dwiastoro, 5 Maret 2021)
“Untuk kita tumbuh dan berkembang secara emosional dan spiritual, tak jarang anasir-anasir yang menghalangi, betapa pun baiknya, harus disingkirkan.” (Arifin Dwiastoro, 19 Maret 2021)
“Sekalinya kita dapat gambaran besarnya dari segala sesuatu dalam hidup ini, baik maupun buruk, kita takkan lagi sanggup bercerita kepada siapa pun, tidak akan mengeluh, meratap, berdoa minta ini-itu. Kita hanya bisa memujiNya, mensyukuri segala yang telah kita lalui.” (Arifin Dwiastoro, 20 Maret 2021)
“Tidak usah mengajari anakmu, tapi berilah contoh dari dirimu sendiri. Anakmu bisa menemukan jalan keluar dari rahim ibunya apakah berkat ajaranmu?” (Arifin Dwiastoro, 5 April 2021)
“Silakan percaya pada kebenaran apa pun, tapi jangan merasa terusik lalu marah bila orang lain tidak percaya pada apa yang Anda yakini. Marah itu tanda bahwa Anda tidak sepenuhnya yakin pada kebenaran itu.” (Arifin Dwiastoro, 12 Mei 2021)
“Bila kamu membenci seseorang dalam kadar yang sama sejak pertama kali kamu membencinya, niscaya kamu takkan pernah dewasa secara mental dan spiritual.” (Arifin Dwiastoro, 7 Juni 2021)
“Tidak penting berapa banyak pekerjaan yang pernah Anda lakukan. Yang penting adalah seberapa banyak Anda berubah (tumbuh dan berkembang) melalui setiap pekerjaan.” (Colin L. Powell—yang kemudian menjelaskan mengapa baginya portfolio pekerjaan tidak ada artinya!)
“Memikirkan bagaimana orang bersikap dan berperilaku terhadap sesuatu adalah bagian dari pekerjaan saya di branding. Nama ilmunya: memetika. Saya terus mencari tahu mengapa orang-orang sepertinya dengan mudah tergiring untuk bangga dirinya telah divaksin, sama halnya orang bangga jika dirinya memiliki brand eksklusif, seperti merek mobil mewah, komputer canggih, atau berlibur ke pulau eksotik. Dengan begitu, saya bisa menggali banyak ide untuk menyusun strategi yang dapat mengarahkan orang untuk mencoba produk, jasa/gagasan yang sejatinya tidak ada nilainya.” (Arifin Dwi Slamet, 29 Agustus 2021)
“Ilmu pengetahuan itu di ranah makhluk. Manusia merasa dia telah menggali apa yang tidak diketahuinya, dan dia cap temuan itu sebagai ‘pengetahuan’. Alat galinya adalah ilmu. Padahal semua itu bukan rahasia, karena jiwa manusia sudah tahu semua.” (Arifin Dwi Slamet, 12 September 2021)
“Yang menarik dari masalah adalah situasi yang memaksa untuk menemukan solusi untuk mengatasinya. Solusi itu juga dapat diaplikasikan pada masalah-masalah lain yang berbeda sifatnya dari masalah yang telah menimbulkan solusi tersebut.” (Arifin Dwi Slamet, 13 September 2021)
“Jika kamu sedih, menangislah. Jika kamu bahagia, tertawalah. Lakukan apa yang tepat bagimu, sesuai kondisimu di suatu waktu. Jika hal-hal sederhana ini tidak bisa kamu lakukan, berarti kamu belum menjadi manusia. Sedih, bahagia, marah, jatuh cinta, dan-lain emosi adalah manusiawi.” (Arifin Dwi Slamet, 18 September 2021)
“Kebanyakan orang sulit menjadi diri sendiri karena tidak percaya pada diri diri sendiri. Dan percaya pada diri sendiri itu sulit karena sudah bertahun-tahun ditanamkan meme oleh pengajaran dari segala penjuru.” (Arifin Dwi Slamet, 26 September 2021)
“Budaya Timur kita pakai Rasa, sedangkan budaya Barat memuja Raga. Sejak kapan Rasa menyembah Raga? Maaf ya, saya bangga jadi Indonesia!” (Arifin Dwi Slamet, 26 September 2021)
“’Tuhan’ bukanlah sebuah kata yang dengannya manusia mengenalNya, melainkan segala sesuatu yang kita pikirkan dan rasakan, yang kita lakukan atau tidak lakukan.” (Arifin Dwi Slamet, 8 Oktober 2021)
“Prestasi dalam pekerjaan, proyek besar bernilai miliaran, lulus kuliah dengan predikat cumlaude dan pencapaian-pencapaian lainnya bersifat mendapat, yang memberi kesenangan sesaat, Kebahagiaan abadi ada di dalam memberi.” (Arifin Dwi Slamet, 16 Oktober 2021)
“Kata-kata sendiri tidak berdosa. Yang berdosa adalah pikiran orang yang menerimanya sebagai lebih dari sekadar kata-kata.” (Arifin Dwi Slamet, 14 November 2021)
“Hidup tanpa sejarah adalah seperti tanaman tanpa akar—tidak dapat tumbuh dan berkembang.” (Arifin Dwi Slamet, 11 Desember 2021)
“Mengapa kaum muslim merasa terganggu dengan apa yang diyakini umat agama lain sebagai kebenaran? Itu menunjukkan umat Islam lemah dalam keyakinan mereka sendiri.” (Arifin Dwi Slamet, 27 Desember 2021)©2021
Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 31 Desember 2021