“Bertobat tidak harus diucapkan, mengingat Tuhan
tidak harus dilisankan. Beriman tidak harus dinyatakan, sebab ketika diri ini
berserah dengan sabar, ikhlas dan tawakal segala ucapan pun luruh dan semua
niat di hati jadilah.” (Anto Dwiastoro, 3 Januari 2013)
“Kau bisa mengubur mayat, tapi tidak bisa
mengubur masa lalu.” (Detektif Mac Taylor (Gary Sinise), CSI: NY)
“Kemajuan spiritual seseorang memang sulit atau
bahkan tidak bisa diukur. Tetapi kalau mau tahu apakah spiritualitasmu sudah
tumbuh dan berkembang atau belum, periksa saja dirimu, apakah masih bergantung
pada orang lain, termasuk guru duniamu, atau sudah bisa berjalan sendiri mengikuti
tuntunan dari Guru Sejati!” (Anto Dwiastoro, 20 Januari 2013)
“Spiritualitas itu ibarat matahari, yang
menyinari diri kita, memberi kehangatan dan energi hidup. Tetapi di atas semua
itu tidak ada yang bisa mengklaim sebagai miliknya hanya dengan memberinya
nama, mengorganisasikannya dan menerapkan aturan-aturan yang membuat
orang-orang yang ‘paling dekat dengan matahari’ merasa dialah yang paling
berhak dan paling tahu tentangnya. Matahari tidak bisa dipagari, apalagi
mengklaim kepemilikan atasnya.” (Anto Dwiastoro, 20 Januari 2013)
“Keterikatan pada paradigma lama, menjauhkan
diri dari hal-hal baru, dan berpegang pada ritus-ritus mapan dari budayanya
akan memasung tumbuh-kembang intelektual, material dan spiritual seseorang.” (Anto
Dwiastoro, 20 Januari 2013)
“Dua hal yang menandai kalau kita telah dikuasai
daya kebendaan: (1) Kita melekat padanya hingga kita melupakan hakikat
kemanusiaan kita, dan (2) Kita berusaha keras menjauhinya hingga kita melupakan
hakikat benda itu bagi hidup kita. Yang terbaik adalah mengendalikan
benda-benda yang kita miliki agar mereka tidak menguasai kita.” (Anto
Dwiastoro, 30 Januari 2013)
“Ya Tuhan, bimbinglah kami dalam bekerja,
tuntunlah kami dalam berusaha untuk kesejahteraan kami dan orang-orang yang
bekerja untuk kami dengan jujur dan profesional. Semoga bisnis kami, LI9HT
Brand Communications, membawa kami kepada cahaya
petunjukMu sehingga langkah kami menjadi ringan,
sebagaimana yang menjadi arti dari namanya. Amin, ya Tuhan.” (Doa Anto
Dwiastoro, 31 Januari 2013)
“Adalah mudah untuk menandai dirimu kreatif atau
tidak. Ketika kamu merasa sangat bosan dengan sesuatu atau seseorang dan tidak
tahu bagaimana memperbaruinya sehingga menambah kebosananmu, saat itulah kamu
boleh menyimpulkan bahwa kamu tidak kreatif.” (Anto Dwiastoro, 1 Februari 2013)
“Tidak ada yang namanya kebenaran mutlak. Yang ada hanya kecocokan pribadi mutlak.” (Anto
Dwiastoro, 2 Februari 2013)
“Tanda bahwa seseorang itu tidak mencintai
dirinya sendiri adalah miskin secara
material, intelektual dan spiritual.” (Anto Dwiastoro, 4 Februari 2013)
“Kematangan spiritual seseorang terletak pada
kemampuannya menjumbuhkan, bukannya mengotak-kotakkan, dunia dan akhirat,
non-kejiwaan dan kejiwaan, material/intelektual dan spiritual.” (Anto
Dwiastoro, 5 Februari 2013)
“Engkau ingin mengerti Beethoven, hanya
Beethovenlah yang mengerti dirinya. Engkau ingin mengerti karya-karya
Dostoyevsky, tanyalah langsung pada Dostoyevsky sendiri. Engkau ingin mengerti
ciptaan Tuhan, tanyakan pada Tuhan. Jangan tanyakan pada manusia tentang
ciptaan Tuhan, karena dia takkan mengerti sebagaimana Tuhan mengerti
ciptaanNya." (Pdt. DR Stephen Tong, Seminar Keluarga 2010: “Rahasia Kemenangan
Cinta dan Sex Menuju Pernikahan” di stasiun televisi Reformed 21, 7 Februari
2013, pukul 08.00-09.30)
“Ironi terbesar dalam hidup manusia adalah
matanya. Mata bisa melihat segala hal, tetapi tidak bisa melihat si pemilik
mata. Jadi, tidak mungkin mengenal diri sendiri. Socrates yang mengatakan,
‘Kenalilah dirimu’, tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya. Tanyalah pada Tuhan
yang menciptakan diri ini.” (Pdt. DR Stephen Tong, Seminar Keluarga 2010:
"Rahasia Kemenangan Cinta dan Sex Menuju Pernikahan" di stasiun
televisi Reformed 21, 7 Februari 2013, pukul 08.00-09.30)
“Tidak pernah ada persatuan manusia yang abadi
lantaran nama, simbol atau atribut wujud maupun nonwujud. Keabadian baru
tercapai apabila landasannya adalah Cinta tanpa kepentingan atau pamrih.” (Anto
Dwiastoro, 8 Februari 2013)
“Kebanyakan kita suka mengidentifikasi diri
dengan asal-usul, suku, ras, agama/aliran kepercayaan, ideologi, kelompok,
simbol-simbol--tidak menginsafi bahwa tanpa itu semua, kita sudah sangat lengkap dibekali oleh Sang
Pencipta untuk menjalani hidup di dunia dengan tuntunan jiwa yang dicahayai
olehNya." (Anto Dwiastoro, 19 Februari 2013)
“Untuk memperbaiki penampilan, jangan berkaca di
depan cermin di dinding atau meja rias. Di cermin seperti itu, segalanya merupakan
kebalikannya. Berkacalah pada cermin hatimu, di mana kamu menjadi diri sendiri.
Niscaya kecantikan sejatimu akan memancar.” (Anto Dwiastoro, 19 Februari 2013)
“Tidak ada Jalan yang mutlak Benar, karena
keBenaran itu berJalan-jalan, tidak menetap di satu tempat.” (Anto Dwiastoro,
22 Februari 2013)
“Yang ajaib dari hidup ini adalah bahwa ketika
kita mendedikasikan diri pada sesuatu, maka akan terbuka semua jalan menuju
sesuatu itu.” (Anto Dwiastoro, 28 Februari 2013)
“Brands succeed best when they make a powerful
emotional connection with people who buy them.” (John Simmons, Invisible Grail, p. 31)
“Segala sesuatu dalam hidup ini punya sisi baik
maupun sisi buruk, walaupun sesuatu itu di luarnya tampak baik. Apa yang kita
dapatkan dari sesuatu itu tergantung pandangan kita berat ke sisi yang mana—bila
baik kita mendapat baik, bila buruk kita mendapat buruk. Sesederhana itu.”
(Anto Dwiastoro, 4 Maret 2013)
“Manusia yang paling merugi di dunia adalah dia
yang sepanjang hidupnya tidak pernah mengalami perubahan, baik secara material,
intelektual maupun spiritual.” (Anto Dwiastoro, 6 Maret 2013)
“Dalam keberagamaan, berserah dirinya setelah berusaha. Dalam kejiwaan,
berserah dirinya bersamaan dengan berusaha,
sehingga semua perkataan dan perbuatan, pikiran dan perasaan kita senantiasa
berada dalam jalur tuntunan Tuhan.” (Anto Dwiastoro, 7 Maret 2013)
“Tidak ada keputusan yang salah. Yang ada langkah yang salah, karena tidak berani
mengambil keputusan lantaran takut salah.” (Anto Dwiastoro, 7 Maret 2013)
“Spiritualitas/kejiwaan, sekalinya
memperdebatkan pemahaman pribadi dari masing-masing pelakunya, akan berubah
seketika menjadi agama yang terorganisasi.” (Anto Dwiastoro, 12 Maret 2013)
“Spiritualitas yang sejati itu membuat kita
tumbuh dan berkembang, bukan jalan di tempat apalagi mundur ke belakang dan
terbuai nikmat dengan segala sesuatu yang sudah berlalu. Spiritualitas yang
sejati itu membuat kita mantap di Saat Ini.” (Anto Dwiastoro, 13 Maret 2013)
“Spiritualitas yang hakiki itu memandirikan dan
memberdayakan kita, lepas dari kemelekatan pada hal-hal di luar diri kita,
termasuk guru/pendiri/penggagas jalan spiritual, ajaran/pelajaran maupun
teks-teks yang seolah dianggap sakral. Spiritualitas yang hakiki itu terpaku pada
bimbingan Yang Maha Esa, sedangkan yang lain-lain hanya ilusi.” (Anto
Dwiastoro, 13 Maret 2013)
“Setiap orang sukses dengan caranya
sendiri-sendiri, tidak bisa dikendalikan oleh cara orang lain, karena ‘sukses’
memiliki makna yang berbeda bagi setiap orang, lantaran masing-masing orang
punya tujuan-tujuan yang berbeda satu dengan yang lain.” (Anto Dwiastoro, 16
Maret 2013)
“Tidak usah menganggap negatif orang yang
berkata atau beranggapan negatif tentang kamu, karena ia sesungguhnya sedang
mengungkapkan sisi negatif dirinya.” (Anto Dwiastoro, 18 Maret 2013)
“Sikap penyerahan diri adalah ibarat cermin yang
memantulkan semua negativitas atau keburukan, yang dilemparkan orang lain
kepada Anda, kembali kepada si pelempar.” (Anto Dwiastoro, 18 Maret 2013)
“Pengalaman membuktikan bahwa api akan membesar
jika dilawan dengan api, tetapi sebaliknya akan padam jika disiram air. Lawan
kekerasan dengan kelembutan, betapapun kekerasan itu menyakiti kita.” (Anto
Dwiastoro, 18 Maret 2013)
“Penyakit paling berbahaya ternyata bukan
kanker, melainkan sikap tidak bisa menerima kenyataan.”(Anto Dwiastoro, 23
Maret 2013)
“KehendakNya takkan mewujud ketika kita hanya
duduk berpangku tangan atau menengadahkan tangan. KehendakNya baru akan mengemuka
ketika kita ringan tangan.” (Anto Dwiastoro, 26 Maret 2013)
“Namanya juga ‘berserah diri’; serahkan
semua-muanya kepadaNya, termasuk ketidaktenangan diri kita, niscaya kita akan
dibimbingNya memasuki ruang keikhlasan, kesabaran dan ketawakalan. Tidak perlu
menunggu diri tenang dulu untuk berserah diri, karena itu berarti kita tidak
percaya pada kekuasaanNya.” (Anto Dwiastoro, 27 Maret 2013)
“Diperlukan kekurangan
dan kesadaran akan kekurangan untuk
mendorong orang agar mau belajar terus-menerus mengisi kekurangan dirinya, sehingga
tumbuh dan berkembang.” (Anto Dwiastoro, 3 April 2013)
“Branding
is not a battle of who has the better product but who can create the perception that it has the better
product. Perception is reality.” (Jacky Tai & Wilson Chew, Transforming Your Business Into A Brand: The
10 Rules of Branding. Singapore: Marshall Cavendish Business, 2007, p. 44)
“If your brand fails to make a deep, positive
and lasting first impression, you
will only increase its chances of failure.” (Jacky Tai & Wilson Chew, Transforming Your Business Into A Brand: The
10 Rules of Branding. Singapore: Marshall Cavendish Business, 2007, p. 48)
“Sukses
atau gagal, dua-duanya merupakan
ujian kesabaran.” (Anto Dwiastoro, 10 April 2013)
“Upayakan untuk menjadi yang terbaik bagi dirimu
sendiri, alih-alih berupaya memenuhi terlalu banyak harapan dari terlalu banyak
orang terhadap dirimu.” (Anto Dwiastoro, 11 April 2013)
“Agama-agama dewasa ini, sekalipun sudah berusia
ribuan tahun, tidak ada yang azali
(asli nan murni), dan kita dewasa ini membuang-buang waktu, tenaga dan pikiran
untuk meributkan perbedaan-perbedaan dalam ketidakazalian di antara agama-agama
itu.” (Anto Dwiastoro, 15 April 2013)
“Dukun-dukun modern di Indonesia mem-branding diri mereka sebagai
‘penasihat/konsultan spiritual’, yang akhirnya membuat kata ‘spiritual’
memiliki konotasi negatif, begitu pula dengan kata ‘mistikisme’ (paham bahwa
kekuasaan Tuhan itu pada hakikatnya meliputi hidup manusia). Spiritualitas,
yang berarti ‘kerohanian’, akhirnya dipandang tidak lebih dari ‘pedukunan’ di
benak orang yang berpikiran sempit, sehingga agama-agama di zaman sekarang pun
emoh menyisipkan spiritualitas dalam ajarannya. Tidak mengherankan, bila
praktik keberagamaan dewasa ini sangat
kering, karena hanya menyentuh ritual,
sedangkan Tuhan adalah Spirit Maha Kuasa yang hanya bisa disentuh lewat jalan spi-ritual!" (Anto Dwiastoro, 22
April 2013)
“Sungguh nikmat kesadaran bahwa semua ibadah
yang kita lakukan adalah untuk keuntungan dan kemanfaatan kita sendiri, dan
bukannya untuk menyogok Tuhan.” (Anto Dwiastoro, 29 April 2013)
“Adalah baik jika merekmu dikenal dan mendapat
perhatian dari konsumen, dan untuk itu merekmu harus mengenal dan memperhatikan
konsumen.” (Anto Dwiastoro, 30 April 2013)
“Why bother to choose something you don’t
recognize, if you can choose something you do—Kenapa harus repot-repot memilih
sesuatu yang tidak kamu kenal, jika kamu bisa memilih sesuatu yang kamu kenal?”
(Anto Dwiastoro, 30 April 2013)
“Hidup adalah perjalanan, bukan tujuan. Karena
itu, sukses adalah milik mereka yang tidak berhenti berproses. The process means a lot more than the success.”
(Anto Dwiastoro, 9 Mei 2013)
“Mimpi itu harus dibarengi keberanian untuk
bangun dari tidur, agar dapat menjadi kenyataan.” (Anto Dwiastoro, 11 Mei 2013)
“Kesuksesan maupun kegagalan tidak bertahan
lama. Yang bertahan adalah pemahaman diri tentang hikmah yang dipetik dari
kedua kejadian tersebut.” (Anto Dwiastoro, 12 Mei 2013)
“Kurang percaya diri—salah satu faktor penyebab
banyaknya ide kreatif mati sebelum sempat dilahirkan ke dunia.” (Anto
Dwiastoro, 22 Mei 2013)
“Orang lain tidak selalu seperti yang kita
pikirkan mengenainya.” (Anto Dwiastoro, 28 Mei 2013)
“Seperti halnya seks dan ganti baju, aktivitas
keberagamaan sepatutnya dilakukan di balik pintu kamar atau ruang pribadi,
bukannya malah diumbar ke publik. Keimanan itu dipelihara dalam hati, bukan
lewat mulut, atribut atau isyarat fisik!” (Anto Dwiastoro, 28 Mei 2013)
“Dengan berserah diri, tidak menghitung-hitung
apa saja yang sudah kita terima dan beri, segala sesuatu akan lewat begitu
cepat, hingga tak terasa kita sudah berhasil mencapai apa yang kita
cita-citakan.” (Anto Dwiastoro, 30 Mei 2013)
“Sebuah rumah memiliki atap sehingga penghuninya
mendapat keteduhan, tiang-tiang untuk menyangga atap tersebut, pintu untuk
keluar-masuk, dan jendela untuk melihat apa yang terjadi di luar rumah. Pendek
kata, setiap bagian dari rumah memiliki fungsi. Hidup pun seperti rumah; segala
sesuatu di dalamnya ada untuk suatu alasan, apakah kesuksesan atau kegagalan,
sehat atau sakit, baik atau buruk, dan begitu banyak unsur-unsur berlawanan
lainnya, yang bila diteropong dengan kearifan akan meneduhkan diri kita, dan
menyangga keikhlasan kita.” (Anto Dwiastoro, 1 Juni 2013)
“Segalanya tampak indah ketika masih di angan. Tetapi begitu sudah berada di tangan, keindahan itu menyusut seiring
waktu.” (Anto Dwiastoro, 3 Juni 2013)
“Semakin total berserah diri, semakin terlihat gambaran menyeluruh dari proses-proses
hidup ini, dan semakin simpel pula hidup ini—bahkan membuat kita
bertanya-tanya, apa yang sebenarnya kita perjuangkan dalam dan bagi hidup ini,
karena semua-muanya jadi semu?!” (Anto
Dwiastoro, 3 Juni 2013)
“Ya Tuhan, bimbinglah aku dalam pikiran dan
perasaan, perkataan dan perbuatan yang menurutMu benar, dan bukan yang menurutku baik atau buruk.” (Anto
Dwiastoro, 8 Juni 2013)
“Hidup itu dijalani dengan ikhlas dan dirayakan,
bukan dikeluhkan apalagi disesali.” (Anto Dwiastoro, 10 Juni 2013)
“Kita akan sulit menerima kekurangan dan mudah
mengagung-agungkan kelebihan orang lain sebelum mampu menerima kekurangan dan
memanifestasikan keistimewaan diri sendiri.” (Anto Dwiastoro, 10 Juni 2013)
“Agama itu sejatinya terbentuk dari serangkaian
upaya kita untuk mengenal dan berdamai dengan diri sendiri, sehingga dengan
begitu kita bisa mengenal dan berdamai dengan orang lain. Pertentangan,
permusuhan atau pengkafiran yang dilancarkan suatu umat agama tertentu terhadap
umat agama lain merupakan bukti betapa banyak orang yang belum mengenal dan berdamai
dengan dirinya sendiri.” (Anto Dwiastoro, 10 Juni 2013)
“Cinta bukan cinta saat mengubah perubahan yang
ditemukan.” (Dari film Did You Hear About
the Morgans?)
“Bila kamu bertekad untuk berbakti kepada Tuhan,
berserah diri kepadaNya, maka orang-orang yang kamu pikir sebagai buruk adalah
ibarat taksi atau bus—mereka akan berlalu jika kamu tidak naik!” (Anto
Dwiastoro, 1 Juli 2013)
“Hidup adalah sebuah teka-teki silang; kadang
mendatar, kadang menurun. Tapi begitu diselesaikan, rasanya puas telah menjawab
semua teka-teki hidup ini.” (Anto Dwiastoro, 11 Juli 2013)
“Tuhan tidak memberimu masalah. Dia memberimu
cara hebat untuk menjalani hidup, sehingga setiap pagi kamu akan bersyukur
kepadaNya, yang tidak bisa dilakukan semua orang.” (Malaikat Monica kepada Amy,
gadis remaja berusia 15 tahun yang hidupnya berubah setelah ia divonis
menderita diabetes yang membuatnya harus bergantung pada suntikan insulin tiap
hari, dalam film seri Touched by an Angel
di BeTV, 11 Juli 2013)
“Pekerjaan selalu ada. Yang jarang adalah
menemukan orang yang dapat membahagiakan kita.” (Agen Spencer Reid kepada Agen
Alex Blake, Criminal Minds, Fox 13
Juli 2013, pk 11.55 WIB)
“Sungguh, kesalahan terbesar dari budaya
(kekuatan akal pikir) kita adalah mem-profiling
Tuhan sedemikian rupa, sehingga akhirnya kita sering bingung sendiri dengan sifat-sifatNya
yang tidak jarang ‘tidak konsisten’.” (Anto Dwiastoro, 2 Agustus 2013)
“Selalu mengalami kelebihan karena selalu mensyukuri kekurangan.” (Anto Dwiastoro, 4 Agustus 2013)
“Lebaran itu adalah untuk makan, minum dan
berzikir kepada Allah. Ini yang sering kita lupakan.” (M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Spesial Lebaran,
MetroTV, 8 Agustus 2013)
“Hidup itu memberikan pilihan. Tetapi, jika
engkau bingung untuk memilih di antara dua pilihan, pilihlah kedua-duanya.”
(Anto Dwiastoro, 12 Agustus 2013)
“Ketika kamu bertemu orang yang memiliki ego
yang tinggi, hadapilah ia dengan
hati yang rendah.” (Anto Dwiastoro,
5 September 2013)
“Memperkuat, memfokuskan, dan menenangkan
pikiran adalah langkah pertama yang penting untuk menyelesaikan tujuan apa
pun.” (Nancy Spears, Buddha @ Office:
Membawa Pencerahan di Tempat Kerja Anda dan Meningkatkan Laba Perusahaan (Jakarta:
BIP, 2009), hlm. xxx)
“Mencintai pekerjaan Anda dan mengetahui bahwa
itu penting bagi Anda, adalah hal yang menyenangkan.” (Katherine Graham,
pendiri suratkabar Washington Post)
“Yang mengingatNya selalu akan merasa ramai
walau sendirian, kaya walau hampa tangan, dan berani walau tanpa kawan.” (M.
Quraish Shihab, Dia di Mana-Mana:
‘Tangan’ Tuhan di Balik Setiap Fenomena (Jakarta: Lentera Hati, 2013), hlm.
142)
“Selama kita melanjutkan untuk mendorong dan
terpaku pada hasil, kita sesungguhnya membangun momentum menuju kemelekatan.”
(Nancy Spears, Buddha @ Office
(Jakarta: BIP, 2009), hlm. 79)
“Kita adalah kumpulan dari aneka pertanyaan yang
belum terjawab.” (A. Carrel (1873-1944), peraih hadiah Nobel dalam bidang kedokteran
1912, dalam bukunya Man the Unknown)
“Rahasia besar kehidupan adalah bahwa tidak ada
rahasia besar. Apa pun tujuan Anda, Anda bisa mencapainya jika Anda mau
berusaha.” (Oprah Winfrey)
“Aku adalah misteri bahkan bagi diriku sendiri.”
(Tokoh “Merle” dalam The Walking Dead
Season 3)
“Saya tidak pernah bekerja pada akhir pekan,
karena saya mencintai keluarga saya. Saya bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan
keluarga saya, tapi ternyata yang paling dibutuhkan keluarga saya adalah kehadiran
diri saya di dekat mereka.” (William Bernbach, copywriter terkemuka dunia dan
pendiri biro iklan internasional Doyle, Dane, Bernbach {DDB})
“Alam tidak mengenal baik atau buruk, hanya
seimbang atau tidak seimbang.” (Profesor Hollis Walker, Jr., pakar agama-agama
Afrika yang menjadi pembunuh berantai dalam episode “Corazon” (episode ke-12)
film seri Criminal Minds Season 6,
tadi pagi di Fox)
“Melalui pemahaman tentang Maqashid Asy-Syariah (tujuan agama) kita dapat mengetahui hukum dan
persoalan-persoalan ‘baru’ lainnya. Tujuan tuntunan agama adalah memelihara
lima hal pokok yaitu Ajaran Agama, Jiwa, Akal, Harta dan Keturunan. Setiap
aktivitas yang menunjang salah
satunya, maka pada prinsipnya dibenarkan dan ditoleransi oleh Islam, dan
sebaliknya pun demikian. Pembenaran itu bisa mengambil hukum wajib, atau sunnah
(anjuran), atau mubah.” (M. Quraish Shihab, Dia
di Mana-Mana: ‘Tangan’ Tuhan di Balik Setiap Fenomena.” (Jakarta: Lentera
Hati, 2009) hlm. 354)
“Kunci dari menulis adalah menulis.” (William
Forrester (Sean Connery) dalam film Finding
Forrester)
“Seburuk-buruknya diri sendiri, masih lebih buruk
hidup sebagai orang lain.” (Anto Dwiastoro, 20 Oktober 2013)
“Kegagalan yang disertai pemahaman akan maknanya
adalah lebih baik daripada kesuksesan tanpa pemahaman akan maknanya.” (Anto
Dwiastoro, 20 Oktober 2013)
“Jika Anda mendapatkan kehidupan yang
membosankan dan menyedihkan lantaran Anda mendengarkan kata-kata ibu, ayah,
guru, pendeta Anda, atau orang di televisi tentang bagaimana Anda harus
menjalani hidup Anda, maka Anda pantas mendapatkannya.” (Frank Zappa)
“Kalau jalan ke Tuhan masih dibimbing oleh
manusia, tentu saja tidak akan sampai ke Tuhan, hanya sampai kemampuan manusia
itu.” (Ibu Rahayu, Rungan Sari, 11 Juni 2004)
“Art is a lie that makes us realize the truth.”
(Pablo Picasso)
“Semua orang bisa berhasil sampai mereka gagal.”
(Daryl, The Walking Dead Eps. 4
Season 4)
“Menghidupkan Hidup di dalam hidup. Kalau itu
hidup, sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk mengatakan kita ini masih
manusia biasa yang lemah dan banyak salah.” (Anto Dwiastoro, 10 November 2013)
“Aku tidak akan mematahkan punggung demi uang
jutaan dolar yang takkan kubawa mati.” (Toby Keith, lirik lagu My List)
“A sad soul can kill quicker than a germ.” (John
Steinbeck)
“Tuhan itu Tanda Tanya—maka beruntunglah mereka
yang terus mempertanyakanNya, karena hal itu mendorong pada pencarian yang
konsisten. Celakalah mereka yang menerimaNya sebagai Titik, karena hal-hal
hebat mengenai diriNya terpendam dalam kepuasan diri yang bersifat sementara.”
(Anto Dwiastoro, 22 November 2013)
“Cinta itu memberi makna dan nilai pada segala
sesuatu yang kita lakukan. Bekerja tanpa cinta membuat kita stres; menghamba
pada Tuhan tanpa cinta membuat kita tersesat; bercinta tanpa cinta merusak
tubuh, hati, diri dan jiwa.” (Anto Dwiastoro, 23 November 2013)
“Di hutan, terhampar di hadapanku dua cabang
jalan. Aku mengambil jalan yang jarang dilalui orang. Dan itulah yang membuat
segala perbedaan.” (Robert Frost)
“Orang-orang yang mengajarkan apa yang mereka
pelajari, sejauh ini, adalah orang-orang yang hebat.” (Stephen R. Covey, The 8th Habit: Melampaui Efektivitas,
Menggapai Keagungan (Jakarta: Gramedia, 2005), hlm. 50)
“Mempelajari hidup tetapi tidak melakoninya sama
saja tidak mengetahui tentang hidup.” (Anto Dwiastoro, 30 November 2013)
“Jangan
membenci, karena nanti saudara akan menjadi seperti yang saudara benci.
Kalau saudara benci setan, ya saudara pun akan jadi setan.” (Muhammad Subuh)
“Hidupku sudah ditentukan. Tak akan satu menit
lebih panjang atau lebih pendek daripada yang telah ditentukan.” (Anwar Sadat)
“Hanya orang-orang yang disiplin yang
benar-benar bebas. Orang-orang yang tidak disiplin adalah budak dari suasana
hatinya, budak kesenangan dan nafsu-nafsunya.” (Stephen R. Covey, The 8th Habit: Melampaui Efektivitas,
Menggapai Keagungan (Jakarta: Gramedia, 2005), hlm. 110)
“Tidak ada makanan yang sehat; yang ada pikiran
yang sehat ketika memakan suatu makanan.” (Anto Dwiastoro—inspirasi dari makan
siang di Jl. Camar III Blok BK No. 34, Bintaro Sektor 3, 7 Desember 2013)
“Ketika kehidupan, kerja, permainan dan cinta
berputar di sekitar hal yang sama, Anda mendapatkan gairah!” (Stephen R. Covey,
The 8th Habit: Melampaui Efektivitas,
Menggapai Keagungan (Jakarta: Gramedia, 2005), hlm. 113)