BARUSAN saya googling produk AP Boots, produk alas kaki industrial yang ketika beriklan pertama kalinya pada tahun 2001 ditangani oleh biro iklan papan atas yang berbasis di Surabaya, PT Aditya Lini Pariwara atau Adline Communications. Saat itu, saya bekerja di biro iklan tersebut sebagai Senior Copywriter dan Creative Director yang diberi tugas untuk merancang strategi branding dari merek sepatu boot yang diproduksi PT Waru Gunung Industry (PT WGI), Surabaya, milik pebisnis Anton Poediono. AP pada nama merek boot itu adalah inisial nama pemilik sekaligus Presiden Direktur PT WGI.
Saat itu, pemain di industri boot belum banyak, hanya dikuasai pemain-pemain besar di industri alas kaki, seperti WGI, New Era, dan Toyobo, yang semuanya berbasis di Surabaya dan Sidoarjo. Meskipun tergolong perusahaan berskala besar, pemasaran WGI masih tradisional, tidak memiliki strategi yang jelas, hanya melempar ke grosir di Jakarta, Medan, Surabaya, Balikpapan dan Makassar. Khusus untuk AP Boots, pemasarannya hanya business to business (B2B). Anton Poediono ingin membuat gebrakan dengan menjadikan produk bootnya menyasar konsumen business to consumer (B2C). Sesuatu yang biasa di negara-negara Barat dan sebagian Asia Tenggara tapi tidak biasa di Indonesia saat itu.
Karena baru beriklan—aksi komunikasi pemasaran yang membuat Anton Poediono dimaki-maki ayahnya sebagai pendiri WGI, karena ayahnya mengklaim produk WGI laku keras di pasar tanpa beriklan, iklan TV AP Boots hanya sekadar menggelar varian produknya: boot untuk pabrik, boot untuk pertanian dan boot untuk anak-anak (merek AP Kids). Bos Adline Communications, Pak Judo Purnomo Budi (meninggal 2019 lalu), mengusulkan tagline merangkap slogan yang akan membuat para kompetitor takluk, efektif sekaligus memorable. Pak Judo pun menantang copywriter andalannya (saya) untuk itu, karena menurutnya sebagai praktisi periklanan berpengalaman lima tahun di industri komunikasi pemasaran Jakarta saya terbiasa beride kreatif yang strategis.
Ide kreatif yang strategis adalah gagasan inovatif yang tidak hanya menarik, tetapi juga dirancang untuk mencapai tujuan tertentu, seperti meningkatkan penjualan, membangun merek (brand-building, atau branding), atau memecahkan masalah. Ide ini menggabungkan kreativitas dengan perencanaan matang untuk memastikan efektivitasnya future-proven atau “kekal”.
Berbekal pemikiran yang usil—sebagaimana kebiasaan saya saat brainstorming kreatif dengan tim maupun dengan diri sendiri—saya mengajukan “Boots Sebenarnya!”, yang merepresentasi sebuah tagline tapi juga berfungsi sebagai slogan merek. Di pemikiran saya, kompetitor akan mati kutu menghadapi klaim “boots sebenarnya” dari AP Boots, karena dua kata itu merangkum berbagai fitur khusus boot (karet asli, jahitan kuat, anti air, anti selip, tahan benturan dan awet), yang juga ada pada merek-merek lainnya, tanpa harus berbicara panjang lebar.
Tak disangka, Anton Poediono sangat suka dengan tagline qua slogan itu. Blak-blakan, to the point dan tidak ada yang bisa menandinginya. Klaim apapun dari para kompetitor akan dimentahkan oleh dua kata itu. Seperti ketika Manajer Promosi PT New Era, yang kebetulan mengenal saya karena dia mantan Account Manager Adline Communications, mengkonfrontasi saya ketika kami bertemu di sebuah event Media Gathering Indosiar di Hotel Novotel Surabaya tahun 2002: “Bootnya New Era juga dari karet asli, anti air, anti selip, tahan benturan dan awet! Itu juga boots sebenarnya!”
“Ya memang. Terserah Mbak mau klaim gimana, tapi Boots Sebenarnya! hanya AP Boots. Sudah kadung dipatenkan lho, Mbak,” kata saya sambil tertawa penuh kemenangan. Si Manajer Promosi New Era memandang saya sambil mencibir, seolah berkata, “Sialan lo!”
Branding AP Boots sudah berlangsung 24 tahun sejak
saya menciptakan tagline qua
slogannya, penggarapan brandingnya
pun sudah berpindah ke agensi lain, di Jakarta, tapi “Boots Sebenarnya!” masih
terus melekat pada AP Boots.©2025
Pondok Cabe,
Tangerang Selatan, 15 Agustus 2025
No comments:
Post a Comment