Thursday, October 22, 2015

Baru Setiap Waktu

Ada kebaruan di wajahmu
Senyum terindah terukir di beludru
Mata menari di pentas rindu
Mulut menyenandung, nada dan irama berpadu
Mendekatkan diri pada Yang Maha Satu
melalui jalinan angka usia yang baru
Berbahagialah, karena dalam iringan menyatu
tahun dan kamu baru setiap waktu...


Kalibata, Jakarta Selatan, 14 Oktober 2015/Tahun Baru Islam 1 Muharam 1437 H.

Friday, October 2, 2015

Jalan Pintas Spiritual--Menulis

SPIRITUALITAS merupakan bagian integral dari keberadaan kita. Ada yang memerlukan jalan tertentu untuk menginsafinya—seperti saya aktif Latihan Kejiwaan Susila Budhi Dharma (SUBUD), namun ada pula yang mengabaikan makna penting dari berspiritualitas.

Bagi kebanyakan orang, spiritualitas atau mencapai keadaan spiritual merupakan jalan melelahkan yang memerlukan upaya keras yang tak jarang membuat si “pejalan” jenuh dan akhirnya berhenti/mundur. Padahal kenyataannya spiritualitas tidak melulu berisi serangkaian aktivitas yang menguras tenaga dan pikiran sebagaimana yang diperkenalkan di tarekat Sufi/tasawuf. Kalau Anda mau, ada lho JALAN PINTAS SPIRITUAL (spiritual shortcut).

Apa iya ada yang namanya “jalan pintas spiritual”? ADA! Untuk memulainya, kita
perlu mengubah pandangan kita tentang apa artinya melangkah di “jalan spiritual. Cara yang paling produktif untuk memandang spiritualitas bukanlah merupakan jalan pembelajaran, tapi jalan yang meniadakan pembelajaran. Kenapa begitu? Begini, kita tuh sebenarnya nggak pernah benar-benar terputus dari spiritualitas kita. Tanpa sumber energi universal mengalir melalui kita setiap saat, kita akan berhenti menguasai bentuk-bentuk manusia yang terlampau menggunakan akal pikirnya, yang kita sebut “kita” ini. Masalah sebenarnya adalah bahwa kita termakan omong kosong sejarah, budaya, dan pribadi yang membuat keterhubungan spiritual kita tampak seolah merupakan pengalaman terisolasi dan kabur.

Mengetahui bahwa kita selalu terhubung, jalan kita menjadi tidak lagi tentang mencoba untuk menjadi spiritual tetapi tentang membuang sampah yang membuat kita berakar terlalu dalam pada realitas fisik dari keberadaan kita. Karena kita (sebagai masyarakat) memberikan begitu banyak makna pada indra fisik dan pikiran kita, kita cenderung untuk mengisi hidup kita dengan berbagai kesibukan. Bahkan, orang-orang tampaknya menganggap keren ketika Anda memberitahu mereka bahwa Anda “sedang sibuk”. Kecenderungan menjadi stres dan terlalu banyak bekerja ini berarti bahwa sebagian besar dari kita punya waktu yang terbatas untuk berlatih spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari kita. Inilah sebabnya mengapa jalan pintas untuk spiritualitas sangat penting.

Di antara sejumlah jalan pintas spiritual yang ada, saya tawarkan satu ini—karena terkait dengan profesi saya… 

Menulis

SELAIN membaca materi spiritual (yang saya tahu Anda sudah melakukannya), MENULIS merupakan jalan pintas yang kuat untuk mencapai kejernihan mental dan spiritualitas. Menuliskan pikiran-pikiran Anda dapat dilakukan dalam beberapa cara, seperti menulis jurnal/buku harian, menulis bebas, dan lain-lain. Tidak penting gaya penulisan macam apa yang Anda pilih. Bahkan, jika Anda memiliki “hambatan penulis” (writer’s block) ketika Anda duduk untuk memulai maka Anda dapat menulis kata-kata atau kalimat yang sama berulang-ulang sampai waktu Anda habis atau sampai Anda memikirkan sesuatu yang lain untuk dituliskan. Jika Anda tidak terbiasa menulis, atau memiliki kemampuan menulis yang terbatas, maka mulailah dengan tidak lebih dari lima menit berturut-turut disusul oleh istirahat sejenak.

Salah satu waktu terbaik untuk menulis adalah setelah membaca, menonton atau memikirkan sesuatu yang merangsang pemikiran. Kita semua memiliki momen “ah-ha!” itu yang tampaknya mengubah hidup kita, hanya untuk melihat dampaknya memudar seiring waktu (biasanya lebih cepat). Cara yang baik untuk menyimpan informasi yang telah Anda pelajari adalah hanya menuliskan apa yang Anda ingat. Anda dapat menambahkan pikiran dan pengalaman Anda sendiri dan Anda dapat menuliskan apa yang Anda suka dan/atau tidak suka tentang hal itu. Tidak penting apakah Anda menulis tentang sesuatu yang mendalam karena manfaat sebenarnya terletak pada tindakan yang Anda ambil.

Contoh Latihan Menulis Lima Menitan:
  • ·       Awali setiap kalimat dengan menulis, “Aku ingat…”
  • ·       Kalimat-kalimat alternatif yang diawali dengan

o   Sebuah kisah yang aku ceritakan pada diriku sendiri adalah…”
o   Yang benar adalah…”
  • ·       Tulislah tentang pertemanan yang tak terduga.
  • ·       Tulislah tentang air atau api.
  • ·       Mulailah sesi Anda dengan menulis, “Aku sama sekali tidak bisa menulis tentang…”


Spiritualitas merupakan proses pengalaman alih-alih sebuah proses berpikir. Berhasil tidaknya jalan pintas spiritual ini tergantung sepenuhnya pada Anda.©

Thursday, October 1, 2015

Sisi Positif Kepribadian Rentan Fantasi

“RAPOR” pemeriksaan psikologi saya dari psikolog yang dirujuk oleh sekolah dasar di Belanda tahun 1970an menyatakan: “80% dari waktunya sehari-hari dihabiskan AntoDwiastoro di dunia imajinasinya. Bila diarahkan dengan baik, akan membuat ia berkembang menjadi pribadi yang sangat kreatif”. Rapor resmi sekolah dasar di mana saya bersekolah di Den Haag, Belanda, antara tahun 1974 sampai 1978 selalu ada catatan—yang membuat ibu saya sedih: “Suka melamun. Anto seperti hidup di dunia lain!” 

Tahun 1996, ketika menjadi Senior Copywriter di sebuah perusahaan periklanan multinasional Grey Indonesia, Creative Director-nya, yang seorang Australia berlatarbelakang copywriter pemenang Clio Award, penghargaan bergengsi periklanan dunia, bilang ke saya, ketika saya mengajukan surat pengunduran diri, “Suatu malam, saya nggak bisa tidur dan berpikir. Istri saya yang juga creative director di biro iklan AIM Communications, tanya, ‘Neal, apa yang mengganggu pikiranmu?’ Saya bilang ke dia, ‘Ada orang ini di GreyIndonesia—sebagai orang Indonesia, dia kelewat kreatif. Tahukah kamu siapa dia? That’s you, Anto!” 

Saya bercerita kepada Neal Weeks, sang CD di Grey Indonesia, kalau semasa kecil—hingga dewasa—saya divonis psikolog rujukan sekolah “menderita” (nyatanya, saya tidak menderita) FPP atau Fantasy Prone Personality atau Kepribadian Rentan Fantasi. Karena mendapat bimbingan dan arahan yang baik di sekolah, maka saya dan sejumlah rekan sekelas yang juga FPP berkembang menjadi pribadi-pribadi yang kreatif.

Kepribadian Rentan Fantasi atau FPP merupakan disposisi atau ciri kepribadian di mana seseorang mengalami keterlibatan seumur hidup yang luas dan mendalam dalam fantasi. Disposisi ini merupakan upaya, setidaknya sebagian, untuk menggambarkan “imajinasi yang terlalu aktif” atau “hidup dalam dunia mimpi” secara lebih baik. Orang dengan sifat ini (disebut sebagai fantasizer) mungkin mengalami kesulitan dalam membedakan antara fantasi dan kenyataan dan dapat mengalami halusinasi, serta gejala-gejala psikosomatik diri yang dibuatnya sendiri.

Konstruk-konstruk psikologis yang terkait erat dengan FPP termasuk melamun, penyerapan diri (ke dalam fantasi) dan memori eidetik (kemampuan mengingat dengan sangat detil gambar, bunyi, atau benda dalam memori setelah terpapar sepintas dengan gambar/bunyi/benda tersebut). Orang-orang dengan FPP dilaporkan menghabiskan sebagian besar waktu mereka berfantasi, memiliki fantasi-fantasi yang sangat kuat dan tajam, memiliki pengalaman paranormal, serta pengalaman religius yang intens. Orang-orang dengan FPP dilaporkan menghabiskan lebih dari setengah dari waktu mereka berfantasi dalam keadaan terjaga atau melamun dan sering mencampurkan fantasi mereka dengan ingatan mereka yang sebenarnya. Mereka juga melaporkan pengalaman-pengalaman keluar dari tubuh atau “ngraga sukma”.

FPP tidak selamanya berdampak buruk. Bagi sebagian besar orang, melamun merupakan sebuah dunia virtual di mana kita dapat mengerangka masa depan, mengeksplorasi skenario-skenario terburuk atau membayangkan petualangan-petualangan baru tanpa risiko. Melamun dapat membantu kita merancang solusi-solusi kreatif atas permasalahan-permasalahan kita atau memaksa kita, sementara kita sibuk dengan satu tugas, untuk mengingat-ingat tujuan-tujuan penting lainnya. Terlepas dari segala kemungkinan terburuk, dengan dukungan, bimbingan, dan arahan yang baik, orang-orang dengan FPP dapat menjadi pribadi-pribadi yang sangat kreatif, yang akan mendatangkan kebaikan baik bagi mereka sendiri maupun masyarakat.

Kesukaan berimajinasi—yang berkat bimbingan para guru saya di Belanda membuat saya dapat menerima bahwa kenyataan tidak selalu sejalan dengan khayalan—terbukti banyak membantu saya dalam mencintai pekerjaan atau tugas-tugas yang tidak saya sukai. Seperti saat mengepel lantai rumah, saya bayangkan diri saya sedang mengepel dek kapal induk—sesekali saya menengadahkan kepala seolah sedang mengawasi apakah ada pesawat yang akan mendarat; ketika mencuci motor, saya berimajinasi sedang mencuci pesawat atau lokomotif; waktu naik angkot yang penuh dan saya duduk di dekat pintunya, saya berkhayal saya sedang duduk di dalam helikopter yang membawa pasukan ke medan tempur. Ketika mendapat kerjaan menulis buku bertema sejarah, yang mengharuskan saya melakukan penelitian (yang bagi saya merupakan kegiatan yang menjemukan), saya membayangkan diri menjadi Indiana Jones dalam misi pencarian harta karun. Semua jadi terasa menyenangkan—dan tugas-tugas pun terselesaikan dengan baik. Coba deh!© 


Kalibata, Jakarta Selatan, 2 Oktober 2015